Pelayanan di BKPM Pekalongan

Poli Baru : melayani pasien baru
Poli Non TB : melayani pasien Non TB
Poli Suspek TB : melayani pasien disangka TB
Poli TB : melayani pasien yang sudah didiagnosa TB
Unit Gawat Paru (UGP)
Ruang Obat
Loket pendaftaran, dengan sistem komputerisasi
Rekam Medik
Kasir
Pemeriksaan penunjang:
1. Laboratorium - Mikrobiologi: pemeriksaan sputum BTA
- Darah Rutin
- Kimia darah
2. Radiologi, pemeriksaan foto rontgen dada
3. Spirometri, mengukur faal paru
4. ECG, mengetahui rekam listrik pada jantung

Fasilitas: Aula, Parkir, Toilet, Musholla, Kantin

Kamis, 04 Maret 2010

TUBERKULOSIS Masih Menjadi Penyakit Rakyat

Siapa yang tidak mengenal penyakit tuberculosis? Tuberculosis yang biasa disingkat TB adalah penyakit yang sangat menular, disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini ditemukan oleh Robert Koch yang kemudian disampaikan pada Berlin Phtisiological Society pada tanggal 24 Maret tahun 1882 di Berlin. Pada tanggal tersebut dijadikan sebagai hari TB sedunia.

Kuman ini berbentuk batang (bacillus), bersifat tahan terhadap pewarnaan yang asam sehingga disebut Basil Tahan Asam (BTA). Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak dan lipid yang membuat lebih tahan asam. Dapat bersifat dormant (tidur) selama bertahun-tahun sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia, seperti kulit, tulang, otak, mata, usus, dan organ lain.

TB ternyata sudah ditemukan sejak jaman Mesir kuno. Bahkan Khususnya untuk Indonesia, pada saat Candi Borobudur didirikan (abad VII), rupanya saat itu TB telah menjadi penyakit rakyat, sehingga pemahatnya mengambilnya sebagai contoh orang sakit yang bertemu Pangeran Sidharta Gautama. Orang tersebut kurus dengan bahu tertarik keatas dan tulang-tulang iganya menonjol keluar. Namun penyakit ini masih belum bisa dibasmi di muka bumi.

M. tuberculosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, menurut WHO sekitar 8,8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang per tahun (WHO, 1993). Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara-negara berkembang. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TB terbesar di dunia. Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan pada semua golongan usia dan nomor 1 dari golongan infeksi. Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif dari kelompok sosial ekonomi rendah. Itu yang menjadikan TB sebagai penyakit rakyat miskin. Selain itu masalah lain yang juga semakin pelik, adalah kaitan TB dengan penyakit HIV/AIDS serta munculnya varian TB yang kebal obat, multi-drug resisten (MDR-TB).

WHO merekomendasikan strategi penyembuhan TB jangka pendek dengan pengawasan langsung atau dikenal dengan istilah DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse). DOTS adalah strategi yang paling efektif saat ini untuk menangani pasien TB, dengan tingkat kesembuhan bahkan sampai 95 persen. Dalam strategi ini ada tiga tahapan penting, yaitu mendeteksi pasien, melakukan pengobatan, dan melakukan pengawasan langsung. DOTS diperkenalkan sejak tahun 1991 dan sekitar 10 juta pasien telah menerima perlakuan DOTS ini. Di Indonesia sendiri DOTS diperkenalkan pada tahun 1995 dengan tingkat kesembuhan 87 % pada tahun 2000. Angka ini melebihi target WHO, yaitu 85 %, tapi sangat disayangkan bahwa tingkat deteksi kasus baru di Indonesia masih rendah. Berdasarkan data WHO, untuk tahun 2001, tingkat deteksi hanya 21 %, jauh di bawah target WHO, 70 %. Karena itu, usaha untuk medeteksi kasus baru perlu lebih ditingkatkan lagi. Deteksi atau diagnosa pasien sangat penting karena pasien yang lepas dari deteksi akan menjadi sumber penyebaran TB berikutnya.

(dr. Ahmad Ismail)

Sumber:
1. Danusantoso, Halim Dr. Sp.P., FCCP. 2000. Ilmu penyakit Paru. Jakarta: Hipokrates.
2. Anonim. 2006. Tuberculosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
3. Anonim, 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2 cetakan pertama, Jakarta; Departemen Kesehatan RI
4. Helmia, Manase Lulu U.E. 2004. Tuberkulosis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: FK Unair.
5. http://www.emedicinehealth.com/tuberculosis/article_em.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar