Pelayanan di BKPM Pekalongan

Poli Baru : melayani pasien baru
Poli Non TB : melayani pasien Non TB
Poli Suspek TB : melayani pasien disangka TB
Poli TB : melayani pasien yang sudah didiagnosa TB
Unit Gawat Paru (UGP)
Ruang Obat
Loket pendaftaran, dengan sistem komputerisasi
Rekam Medik
Kasir
Pemeriksaan penunjang:
1. Laboratorium - Mikrobiologi: pemeriksaan sputum BTA
- Darah Rutin
- Kimia darah
2. Radiologi, pemeriksaan foto rontgen dada
3. Spirometri, mengukur faal paru
4. ECG, mengetahui rekam listrik pada jantung

Fasilitas: Aula, Parkir, Toilet, Musholla, Kantin

Sabtu, 29 Mei 2010

BKPM kota Pekalongan Bentuk Klinik Berhenti Merokok

“Dalam rangka memperingati hari bebas tembakau se-dunia” BKPM kota Pekalongan Bentuk Klinik Berhenti Merokok

Memang, merokok adalah hak setiap orang, demikian juga halnya dengan tidak merokok adalah sebuah pilihan yang harus dihargai. Mengingat betapa bahayanya asap rokok bagi kesehatan kita, maka sebaiknya bagi perokok untuk menghormati orang-orang di sekitarnya yang tidak merokok. Artinya, janganlah Anda merokok di tempat-tempat umum, seperti: kendaraan umum, terminal, pasar, pusat perbelanjaan dan lain-lain. Untuk melindungi hak asasi bagi orang-orang yang tidak merokok atau tidak ingin terkena paparan asap merokok, maka perlu suatu kawasan tanpa rokok (no-smoking area). Dan sebagai instansi yang konsen di bidang kesehatan paru, Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) kota Pekalongan mencanangkan kawasan bebas rokok di seluruh lingkungan BKPM. Di berbagai sudut ruangan terpampang tulisan yang berisi himbauan untuk tidak merokok.

Mengingat 50 persen penduduk kota menjadi perokok aktif, diharapkan setiap perokok aktif yang ingin menghentikan kebiasaan merokoknya dapat berkonsultasi di sana secara gratis.

Tidak mudah memang berhenti merokok bagi orang yang sudah kecanduan. Hal paling berat yang harus dihadapi pasien adalah masa-masa withdrawal (putus nikotin/sakau). Masa ini biasanya terjadi 2 sampai 4 minggu setelah berhenti merokok, yaitu mengalami insomnia (sulit tidur), stres, mual, pusing, rasa tak nyaman dan sulit untuk konsentrasi.

Jangan kahwatir jika Anda mempunyai keinginan untuk berhenti merokok namun sulit memotivasi diri untuk stop merokok, kini di Balai Kesehatan Paru masyarakat (BKPM) kota Pekalongan telah dibentuk Klinik Berhenti Merokok pada tanggal 15 April 2010. Klinik ini diketuai oleh dr. ahmad Ismail dan sebagai konselor: Rokhaetin, SKM dan Tri maknawiyah. Dibentuknya klinik ini bertujuan untuk melakukan edukasi bagi pasien yang perokok aktif agar dapat merubah perilaku dengan mulai mengurangi jumlah rokok sampai benar-benar berhenti merokok.

Klinik berhenti merokok (KBM) ini dibuka setiap hari mulai jam 7.30 sampai dengan 13.30. untuk triwulan pertama, ditargetkan sebanyak 20 orang tiap bulan yang dikonseling. Yang menjadi sasarannya adalah pasien perokok aktif dan keluarga pasien asma, terutama asma pada anak-anak. Dengan kesadaran sendiri, mereka akan mendapatkan konseling tentang bahaya yang ditimbulkan akibat rokok bagi kesehatan. Pasien kemudian akan ditawarkan untuk mengurangi konsumsi rokok perhari. Sayangnya, klinik ini belum menyediakan ruang khusus dan sementara masih bergabung dengan ruang konseling klinik VCT, yang juga menjadi unggulan BKPM kota Pekalongan.

Program yang harus dijalankan oleh pasien secara bertahap terdiri dari program utama yaitu evaluasi awal, konseling singkat, pemberian obat dan konseling via telepon. Selain itu juga ada program tambahan sesuai dengan kebutuhan dari pasien itu sendiri, karena withdrawal (putus nikotin) setiap orang berbeda-beda. Pasien akan mendapatkan terapi dari dokter.

Evaluasi awal yang dilakukan adalah melihat seberapa besar motivasi yang dimiliki oleh pasien, karena hal tersebut sangat menentukan keberhasilan dari terapi ini. Dilanjutkan dengan mengukur berapa tingkat adiksi dari orang tersebut apakah termasuk rendah, sedang atau berat. Jika mengalami gangguan fisik seperti pegal-pegal atau badan sakit diberikan program olahraga selama 3 bulan atau ada juga yang menjadi gemuk karena nafsu makannya bertambah maka diberikan tambahan konsultasi gizi

TIPS BERHENTI MEROKOK

Beberapa cara dapat meningkatkan peluang anda untuk berhasil berhenti merokok :

1. Kurangi jumlah batang rokok yang dihisap per hari. Kurangi secara bertahap,
misalnya mengurangi jumlah batang mulai dua batang perhari selama satu minggu. Kemudian mengurangi jumlah batang rokok pada minggu berikutnya.
2. Kurangi kadar nikotin perbatang rokok yang dihisap setiap hari. Setelah mengurangi batang rokok, pada minggu berikutnya usahakan pindah dengan menghisap rokok dengan kadar tar dan nikotin yang lebih rendah.
3. Jauhkanlah atribut rokok. dari rumah dan sekitar anda seperti ; poster, asbak, korek api, punting rokok, bungkus rokok dan lain-lain.
4. Kenali keadaan yang berkaitan dengan kebiasaan merokok misalnya : setelah makan, waktu stress, sibuk bekerja, saat santai dan lain-lain
5. Jauhi tempat dimana banyak perokok. Godaan terbesar untuk merokok lagi adalah ketika pergi ke tempat dimana orang atau teman biasa merokok. Jauhi kira-kira minggu pertama setelah merokok.
6. Gantilah kebiasaan pegang rokok dengan memegang benda lain seperti bolpoint / pensil di jari anda ANDA atau HP untuk mengalihkan perhatian.
7. Catat kemajuan anda. Yang penting dilakukan adalah menetapkan kapan anda akan benar-benar meninggalkan rokok. Sementara itu, catat setiap batang rokok yang anda hisap, dimana dan dalam kondisi apa. Ini akan memudahkan anda mengidentifikasi situasi-situasi yang menyebabkan anda merokok, lalu menentukan perilaku alternatife sebagai pengganti rokok.
8. Giat berolahraga. Untuk menyeimbangkan metabolisme tubuh, olahraga cara yang paling efektif untuk mengurangi ketergantungan terhadap rokok.
9. Kurangi tidur larut malam. Tidur larut malam biasanya lebih enak sambil merokok, oleh karena itu perlu mengatur waktu lembur supaya tidak terlalu malam.
10. Minum sari jeruk. Bagian yang paling sulit adalah ketika anda harus mengatasi reaksi-reaksi akibat hilangnya asupan nikotin. Ini bisa berlangsung selama satu atau dua pekan, tetapi anda akan lebih mudah mengatasi reaksi-reaksi seperti : mudah tersinggung, cemas, bingung, sulit berkonsentrasi dan sulit tidur akibat penghentian asupan nikotin secara jauh lebih cepat apabila anda banyak meminum sari jeruk selama masa itu. Hal ini karena sari jeruk membuat urin anda lebih asam, jadi lebih cepat mengusir nikotin dari tubuh anda. Selain itu rasa jeruk dalam mulut bisa membuat anda merasa bahwa rokok tidak enak
11. Kuatkan niat untuk berhenti merokok dan tetapkan tanggal kapan anda akan berhenti merokok. Setelah itu berkunjunglah ke dokter (klinik berhenti merokok) untuk meminta jalan keluar dari ketergantungan merokok.
12. Minta orang terdekat untuk mendukung. Kiat ini sangat ampuh karena bagaimanapun orang terdekat adalah bagian dari hidup kita. Jadi, kita tidak ingin orang yang kita sayangi sakit karena rokok. Untuk itu andalah yang bisa menjawabnya.

Sumber: Tinggalkan Rokok Segera, Brosur, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009.

ROKOK ADALAH PINTU GERBANG NARKOBA

Rokok dapat dimasukkan ke dalam difinisi narkoba. Didalam pengertian narkoba, terdapat 3 kelompok zat aktif yaitu : narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya. Rokok termasuk dalam bahan adiktif lainnya. Nikotin yang merupakan salah satu komponen rokok merupakan zat psikotropika stimulant. Jadi sesungguhnya rokok itu adalah narkoba juga. Bedanya rokok dilegalkan sedangkan narkoba di haramkan.

Kesamaan sifat utama ROKOK dan NARKOBA

1. Habituasi, menumbuhkan perasaan rindu untuk selalu menggunakan rokok.
2. Adiksi, dorongan yang kuat untuk merokok yang pada akhirnya menimbulkan ketergantungan, baik ketergantungan psikis (untuk menghadapi stress) maupun fisiologis (proses perubahan fungsional tubuh dikarenakan merokok)
3. Toleransi, cocok untuk ketergantungan fisiologis, yaitu dengan bertambahnya waktu penggunaan rokok maka pemakaian rokok di perlukan dosis yang lebih besar dari sebelumnya untuk mencapai kenikmatan yang sama.

Bagaimana ROKOK dapat membuat ketergantungan

1. Tahap eksperimen (coba-coba), biasa dialami oleh remaja usia belasan tahun yang di pengaruhi oleh pergaulan. Perokok pemula mulai menghirup rokok untuk mencapai ketenangan, energy lebih dan pelarian dari stress sehari-hari.
2. Tahap penggunaan rutin, perokok mulaidikendalilkan oleh efek dahsyat nikotin.
3. Tahap ketergantungan, rokok sudah menjadi sahabat setia perokok setiap waktu.
Menilik bahwa rokok berawal dari coba-coba, rasa ingin tahu maupun rasa setia kawan, maka tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa pribadi perokok adalah rentan juga terhadap narkoba lainnya. Rokok adalah pintu gerbang kepada narkoba lainnya.

Perokok pasif

Perokok pasif adalah seseorang yang mendapatkan paparan asap rokok dari orang yang merokok di sekitarnya, meskipun pada kenyataannya mereka tidak merokok. Rokok adalah satu-satunya narkoba yang dapat menyerang orang yang tidak turut menggunakannya. Beberapa penelitian telah menyebutkan bahwa perokok pasif memiliki risiko yang kurang lebih sama dengan perokok aktif untuk menderita penyakit jantung koroner, saluran nafas, katarak dan bahkan kanker paru. Sehingga tidak di sangsikan bahwa rokok lebih berbahaya disbanding narkoba jenis lainnya.

Dampak konsumsi rokok

1. Dapat menimbulkan berbagai penyakit.
2. Konsumsi rokok untuk Rumah tangga miskin menempati peringkat kedua setelah konsumsi beras
3. 70 % perokok Indonesia berasal dari keluarga miskin.
4. Setiap hari 1.172 orang Indonesia meninggal karena tembakau
5. Pengeluaran untuk konsumsi rokok 6 x lebih penting dari pendidikan dan kesehatan.
6. Biaya kesehatan akibat tembakau yang di tanggung pemerintah dan masyarakat 3x lipat dari pendapatan cukai tembakau.
7. Usia mulai merokok adalah 5-9 tahun, bahkan ada balita 2 tahun yang sudah merokok
8. Rokok adalah pintu gerbang utama narkoba.
9. Rokok membunuh separuh dari masa hidup perokok
10.43 juta anak hidup dengan perokok.

Kewaspadaan utama rokok.

1. 100% pecandu narkoba adalah perokok
2. Pembunuh nomer 3 setelah jantung koroner dan kanker
3. Satu batang rokok memperpendek umur 12 menit
4. Rokok termasuk zat adiktif.
5. Rokok merupakan racun menular
6. Setiap hari, 10.000 orang di dunia mati karena rokok.
7. Setiap tahun, 57.000 orang mati kaena merokok
8. Perubahan perilaku merokok di ikuti laju konsumsi narkoba

Sumber: Rokok Segera, Brosur, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009.

ROKOK: Sejarah, Jenis Rokok dan Kandungannya

ROKOK: Sejarah, Jenis Rokok dan Kandungannya

Rokok adalah salah satu produk industry yang telah menjadi komoditas internasional. Bahan utama rokok adalah tembakau yang dimasukkan dalam gulungan kertas dan diberi tambahan zat perasa lain dan atau filter. Umumnya ukuran rokok tidak besar dan berukuran panjang sekitar 9 cm. Rokok pada umumnya dinikmati dengan cara dibakar pada salah satu ujung dan dihisap pada ujung yang lain yang tidak dibakar.

Kebiasaan merokok ini telah berlangsung sangat lama. Pada jaman Tiongkok kuno dan jaman Romawi, orang telah menggunakan ramuan yang dapat menimbulkan asap dan dihirup sehingga menimbulkan rasa nikmat. Suku Indian di Amerika melakukan kebiasaan merokok dalam upacara perdamaian dengan istilah Pipa Perdamaian. Demikian pula dengan Negara-negara di berbagai belahan dunia.

Di Indonesia, kebiasaan merokok ini juga telah dilakukan dalam waktu yang lama. Umumnya masyarakat Indonesia mengkonsumsi rokok yang dibuat secara pabrikan dan ada pula yang mengkonsumsi rokok yang dibuat sendiri, yang dikenal dengan istilah rokok ‘tingwe’ (melinting sendiri). Berbagai kalangan telah melakukan kegiatan merokok. Berbagai kelompok usia telah menikmati kebiasaan merokok ini, mulai dari anak-anak sampai usia lanjut. Bahkan, ada balita usia 2 tahun yang telah mengkonsumsi rokok.

Berbagai jenis rokok telah dikenal di masyarakat. Umumnya terdapat jenis rokok pabrikan dan rokokbukan pabrikan. Jenis rokok pabrikan seperti sigaret, cerutu, dan rokok pipa yang terbuat dari kayu atau gading. Selain itu juga dijumpai rokok non pabrikan atau tradisional seperti bidi, chutta, sulpa, hookah dan goza

Fakta Bahaya Rokok

Saat ini penyakit karena penggunaan tembakau menduduki peringkat 9 penyebab utama kematian di dunia. Pada tahun 2005 kematian akibat rokok mencapai 5 juta orang di dunia dan diprediksi akan meningkat 25 juta pada tahun 2010 dengan 70% terjadi dinegara berkembang. Di Indonesia tembakau membunuh 427.948 perokok pada tahun 2001 atau 1.172 jiwa setiap harinya.

Setiap batang rokok mengandung nikotin, tar, dan berbagai zat lain, baiksebagai bahan utama pembuatan rokok maupun bahan tambahan seperti kertas, bahan filter, dan bahan–bahan lainnya. Tar rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia dan 250 unsur diantaranya bersifat karsinogenik (beresiko menyebabkan terjadinya kanker).
Beberapa unsur beracun yang ada dalam rokok antara lain dipaparkan dalam tabel berikut:

Zat Kimia pada Tembakau ditemukan pada:

Hidrogen Sianida Gas beracun
Aseton Cat
Butana Bahan bakar pemantik
Arsen Racun
Cadmium Aki mobil
Carbonmonoksida Asap knalpot
Amonia Pembersih lantai
DDT Insektisida
Metanol bensin roket
Naftalen kamper
Vinil Klorida plastik
Toluen pelarut industri

- Nikotin adalah Zat adiktif ( menimbulkan kekambuhan ) yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat ini mampu memicu kanker paru-paru yang mematikan.
- Tar adalah subtansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru.
- Karbon monoksida adalah zat aktif yang megikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen.

Nikotin sebagai zat adiktif

Nikotin mempunyai sifat yang dapat menyebabkan sifat adiksi (ketergantungan). Sifat ini yang menyebabkan para pengguna rokok tidak mudah menghentikan kebiasaannya. Orang yang berusaha menghentikan kebiasaan merokok akan mengalami berbagai gangguan, seperti: gelisah, sulit tidur, mudah tersinggung, dan tidak dapat konsentrasi, nafsu makan yang meningkat dan berbagai keluhan lainnya.

Asap rokok yang mengandung nikotin akan masuk ke dalam sistem sirkulasi sampai ke dalam otak. Di dalam otak terdapat reseptor a4b2 yang akan menangkap nikotin dan melepaskan dopamine. Dopamine memberikan rasa nyaman pada tubuh. Beberapa saat kemudian kadar dopamine berkurang sehingga timbul rasa tidak nyaman dan muncul keinginan untuk merokok.

Dampak Racun Rokok.

Efek racun rokok membuat penghisap asap rokok mengalami risiko lebih besar (dibandingkan yang tidak menghisap asap rokok) sebagai berikut :

- 14 x menderita kanker paru-paru, mulut dan tenggorokan.
- 4 x menderita kanker lambung.
- 2 x kanker kandung kemih / kelamin.
- 2 x serangan jantung.
Rokok juga menungkatkan risiko kematian bagi penderita penyakit paru dan gagal jantung, impotensi serta tekanan darah tinggi terutama pada wanita hamil.

Sabtu, 06 Maret 2010

MDR-TB dan XDR-TB

Definisi

Resisten multi-obat TB (MDR-TB) didefinisikan sebagai TB yang resisten paling tidak untuk INH dan RMP. Isolat yang multiply-resisten terhadap kombinasi lainnya anti-obat TB tetapi tidak untuk INH dan RMP tidak digolongkan sebagai MDR-TB.
Pada Oktober 2006, "resistan terhadap obat secara luas TBC" (XDR-TB) didefinisikan sebagai MDR-TB yang resisten terhadap quinolones dan juga kepada salah satu kanamycin, capreomycin, atau amikasin. definisi kasus tua XDR -TB adalah TB-MDR yang juga kebal terhadap tiga atau lebih dari enam golongan obat lini kedua. Definisi ini seharusnya tidak lagi digunakan, tetapi dimasukkan di sini karena banyak mengacu pada publikasi tua itu.

Prinsip-prinsip pengobatan MDR-TB dan XDR-TB adalah sama. Perbedaan utama adalah bahwa TB-XDR dikaitkan dengan angka kematian yang jauh lebih tinggi dari MDR-TB, karena berkurangnya jumlah pilihan pengobatan yang efektif. yang epidemiologi TB-XDR saat ini tidak diteliti dengan baik, tetapi diyakini bahwa XDR-TB ini tidak menular dengan mudah di populasi yang sehat, tetapi mampu menyebabkan epidemi dalam populasi yang sudah terserang oleh HIV dan karena itu lebih rentan terhadap infeksi TB.

Epidemiologi TB yang resistan terhadap obat

Survei tahun 1997 dari 35 negara ditemukan angka di atas 2% di sekitar sepertiga dari negara-negara yang disurvei. Tingkat tertinggi di bekas Uni Soviet, negara-negara Baltik, Argentina, India dan Cina, dan dikaitkan dengan miskin atau gagal program Pengendalian Tuberkulosis nasional. Demikian juga, penampilan tingkat tinggi MDR-TB di kota New York awal 1990-an dikaitkan dengan pembongkaran program kesehatan publik oleh pemerintahan Reagan.

MDR-TB dapat berkembang dalam rangka perawatan TBC sensitif sepenuhnya dan ini selalu merupakan hasil dari dosis pasien hilang atau gagal untuk menyelesaikan kursus perawatan.

Syukurlah, TB-MDR strain tampaknya kurang cocok dan kurang menular. Telah diketahui bertahun-tahun yang TB yang resistan terhadap INH kurang virulen pada kelinci percobaan, dan bukti-bukti epidemiologi adalah bahwa TB jenis MDR tidak mendominasi secara alami. Sebuah studi di Los Angeles menemukan bahwa hanya 6% dari kasus MDR-TB berkerumun. Hal ini seharusnya tidak menjadi alasan untuk berpuas diri: harus diingat bahwa TB-MDR memiliki angka kematian dibandingkan dengan kanker paru-paru. Juga harus diingat bahwa orang yang memiliki sistem kekebalan yang lemah (karena penyakit seperti HIV atau karena obat-obatan) lebih rentan terhadap penangkapan TB.

Saat ini epidemi TB-XDR Afrika Selatan. Wabah pertama kali dilaporkan sebagai kumpulan dari 53 pasien di rumah sakit pedesaan di KwaZulu-Natal 52 di antaranya meninggal. Apa yang terutama mengkhawatirkan adalah bahwa kelangsungan hidup rata-rata dari koleksi spesimen dahak kematian hanya 16 hari dan bahwa mayoritas pasien belum pernah sebelumnya menerima pengobatan untuk TB. Ini adalah epidemi yang singkatan TB-XDR pertama kali digunakan, meskipun strain TBC yang memenuhi batasan yang berlaku sekarang telah diidentifikasi secara retrospektif, ini adalah kelompok terbesar yang pernah ditemukan kasus-kasus terkait. Karena laporan awal pada bulan September 2006, kasus sekarang telah dilaporkan di sebagian besar provinsi di Afrika Selatan. Seperti dari 16 Maret 2007, ada 314 kasus yang dilaporkan, dengan 215 kematian. Jelas bahwa penyebaran TB jenis virus ini sangat erat terkait dengan prevalensi tinggi HIV dan pengendalian infeksi miskin; di negara-negara lain di mana XDR - strain TB telah muncul, resistansi obat timbul dari kasus salah urus atau kepatuhan pasien miskin dengan terapi obat bukannya ditularkan dari orang ke orang. strain TBC ini tidak merespon ke salah satu dari obat saat ini tersedia di Afrika Selatan untuk pertama atau pengobatan lini kedua. Sekarang jelas bahwa masalah tersebut sudah ada selama lebih lama daripada pejabat departemen kesehatan yang disarankan, dan jauh lebih luas. Pada 23 November 2006, 303 kasus TB-XDR telah dilaporkan, yang berada di KwaZulu 263 -Natal. Serius pikir telah diajukan kepada prosedur isolasi yang mungkin menolak beberapa pasien mereka hak-hak asasi manusia, tetapi yang mungkin diperlukan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut ketegangan ini TB.

Pengobatan MDR-TB

Pengobatan dan prognosis MDR-TB jauh lebih mirip dengan yang untuk kanker daripada itu untuk infeksi. Ini memiliki angka kematian sampai 80%, yang tergantung pada sejumlah faktor, termasuk
1. Berapa banyak obat adalah organisme resisten terhadap (semakin sedikit semakin baik),
2. Berapa banyak obat yang diberikan pasien (Pasien yang diobati dengan lima atau lebih obat-obatan yang lebih baik),
3. Apakah obat injeksi diberikan atau tidak (ini harus diberikan untuk tiga bulan pertama setidaknya),
4. Keahlian dan pengalaman para dokter yang bertanggung jawab,
5. Bagaimana koperasi pasien dengan perawatan (perawatan berat dan panjang, dan memerlukan ketekunan dan tekad pada bagian pasien),
6. Apakah pasien HIV positif atau tidak (ko-infeksi HIV dikaitkan dengan peningkatan mortalitas).

Kursus perawatan minimal 18 bulan dan mungkin tahun-tahun terakhir, hal itu mungkin membutuhkan pembedahan, meskipun angka kematian tetap tinggi meskipun terapi optimal. Yang mengatakan, hasil yang baik masih mungkin. Kursus perawatan yang sekurang-kurangnya 18 bulan panjang dan yang memiliki komponen yang diawasi secara langsung dapat meningkatkan angka kesembuhan hingga 69%.

Pengobatan TB-MDR harus dilakukan oleh seorang dokter yang berpengalaman dalam pengobatan MDR-TB. Mortalitas dan morbiditas pada pasien yang dirawat di pusat-pusat non-spesialis secara signifikan lebih unggul daripada pasien dirawat di pusat-pusat spesialis.

Selain resiko yang jelas (misalnya, yang dikenal paparan pasien dengan MDR-TBC), faktor risiko TB-MDR termasuk laki-laki seks, infeksi HIV, penahanan sebelumnya, pengobatan TB gagal, kegagalan untuk merespons standar pengobatan TB, dan kambuh standar berikut pengobatan TB.
Pengobatan MDR-TB harus dilakukan berdasarkan sensitivitas pengujian: tidak mungkin untuk mengobati pasien tersebut tanpa informasi ini. Jika merawat pasien yang diduga MDR-TB, pasien harus dimulai pada SHREZ + MXF + cycloserine sambil menunggu hasil pengujian laboratorium sensitivitas.

Sebuah gen probe untuk rpoB tersedia di beberapa negara dan ini berfungsi sebagai penanda yang berguna untuk MDR-TB, karena hambatan RMP terisolasi jarang (kecuali bila pasien memiliki sejarah yang dirawat dengan rifampisin sendiri). [57] Jika hasil gen probe (rpoB) yang diketahui positif, maka masuk akal untuk menghilangkan RMP dan menggunakan SHEZ + MXF + cycloserine. Alasan untuk menjaga pasien di INH meskipun kecurigaan MDR-TB adalah yang INH begitu ampuh untuk mengobati TBC bahwa adalah bodoh untuk menghilangkan sampai mikrobiologi ada bukti bahwa hal itu tidak efektif.

Ada juga probe tersedia untuk isoniazid-resistensi (katG dan Maba-inhA), tapi ini kurang banyak tersedia. Ketika kepekaan dikenal dan mengisolasi dikonfirmasi sebagai resisten terhadap kedua INH dan RMP, lima obat harus dipilih dalam urutan sebagai berikut (berdasarkan sensitivitas diketahui):
- Suatu aminoglikosida (misalnya, amikasin, kanamycin) atau antibiotik polipeptida (misalnya, capreomycin)
- PZA
- EMB
- A fluoroquinolones: moxifloxacin lebih disukai (ciprofloxacin seharusnya tidak lagi digunakan);
- Rifabutin
- Cycloserine
- A thioamide: prothionamide atau ethionamide
- PAS
- A macrolide: e.g., klaritromisin
- Linezolid
- INH dosis tinggi (jika tingkat rendah resistansi)
- Interferon-γ
- Thioridazine
- Clavulanic meropenem dan asam

Obat yang ditempatkan lebih dekat bagian atas daftar karena mereka lebih efektif dan kurang toksik; obat yang ditempatkan lebih dekat bagian bawah daftar karena mereka kurang efektif atau lebih beracun, atau lebih sulit untuk mendapatkan.
Perlawanan terhadap satu macam obat dalam kelas umumnya berarti resistan terhadap semua obat-obatan di dalam kelas, tetapi pengecualian adalah rifabutin: resistensi rifampisin tidak selalu berarti rifabutin-penolakan dan laboratorium harus diminta untuk menguji untuk itu. Hal ini hanya dapat menggunakan satu obat dalam kelas masing-masing obat. Jika sulit menemukan lima obat untuk mengobati maka dokter dapat meminta agar tingkat tinggi resistensi INH-akan mencari-cari. Jika hanya ketegangan tingkat rendah INH-perlawanan (resistensi pada 1,0 mg / l INH, tapi sensitif pada 0,2 mg / l INH), kemudian INH dosis tinggi dapat digunakan sebagai bagian dari rejimen. Ketika menghitung obat-obatan, PZA dan interferon dihitung sebagai nol; yang mengatakan, saat menambahkan PZA ke empat rejimen obat, Anda harus tetap memilih obat lain untuk membuat lima. Hal ini tidak mungkin untuk menggunakan lebih dari satu injeksi (STM, capreomycin atau amikasin), karena efek toksik dari obat ini adalah aditif: jika memungkinkan, aminoglikosida harus diberikan setiap hari selama minimal tiga bulan (dan mungkin tiga kali seminggu setelahnya). Ciprofloxacin tidak boleh digunakan dalam pengobatan TBC jika fluoroquinolones lain yang tersedia.
Tidak ada regimen intermiten divalidasi untuk digunakan di MDR-TB, tetapi pengalaman klinis bahwa pemberian obat injeksi selama lima hari seminggu (karena tidak ada seorang pun yang tersedia untuk memberikan obat di akhir pekan) tampaknya tidak menghasilkan hasil yang lebih rendah. Terapi yang diawasi secara langsung akan sangat membantu untuk memperbaiki hasil di MDR-TB dan harus dianggap sebagai bagian integral dari perawatan MDR-TB.

Respon untuk perawatan harus diperoleh oleh dahak diulang budaya (bulanan jika mungkin). Pengobatan untuk TB-MDR harus diberikan selama minimal 18 bulan dan tidak dapat berhenti sampai pasien telah budaya-negatif selama minimal sembilan bulan. Sudah lazim bagi pasien dengan MDR-TB untuk pengobatan selama dua tahun atau lebih.
Pasien dengan TB-MDR harus diisolasi di ruang tekanan negatif, jika mungkin. Pasien dengan TB-MDR tidak boleh ditampung di bangsal yang sama sebagai pasien imunosupresif (pasien terinfeksi HIV, atau pasien pada obat-obatan imunosupresif). Hati-hati pemantauan kepatuhan terhadap pengobatan sangat penting untuk pengelolaan MDR-TB (dan beberapa dokter bersikeras rawat inap jika hanya untuk alasan ini). Beberapa dokter akan bersikeras bahwa pasien ini terisolasi sampai dahak adalah smear negatif, atau bahkan budaya negatif (yang mungkin memakan waktu berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun). Menjaga pasien di rumah sakit selama berminggu-minggu (atau bulan) pada akhir mungkin praktis atau ketidakmungkinan fisik dan keputusan akhir tergantung pada penilaian klinis dari dokter yang merawat pasien. Para dokter harus memanfaatkan sepenuhnya pemantauan terapi obat (terutama dari aminoglikosida) baik untuk memonitor kepatuhan dan untuk menghindari efek racun.
Beberapa suplemen mungkin berguna sebagai tambahan yang dalam pengobatan TBC, tetapi untuk tujuan penghitungan obat untuk TB-MDR, mereka dianggap sebagai nol (jika Anda sudah memiliki empat obat dalam rejimen, mungkin akan bermanfaat untuk menambah arginin atau vitamin D atau keduanya, tapi Anda masih perlu obat lain untuk membuat lima).
- Arginin (kacang merupakan sumber yang baik)
- Vitamin D

Obat-obatan yang tercantum di bawah ini telah digunakan dalam keputusasaan dan tidak pasti apakah mereka efektif sama sekali. Mereka digunakan ketika tidak mungkin untuk menemukan lima obat dari daftar di atas.
- Imipenem
- Co-amoxiclav
- Clofazimine
- Prochlorperazine
- Metronidazol

Tindak eksperimental senyawa obat yang tidak tersedia secara komersial, tetapi yang dapat diperoleh dari pabrik sebagai bagian dari uji klinis atau pada dasar yang penuh belas kasih. Kemanjuran dan keamanan mereka tidak diketahui:
- PA-824 (diproduksi oleh patogenesis Corporation, Seattle, Washington)
- R207910 (Koen Andries et al., Sedang dikembangkan oleh Johnson & Johnson).

Ada bukti untuk meningkatkan peran operasi (lobektomi atau pneumonektomi) dalam pengobatan TB-MDR, walaupun apakah ini harus dilakukan lebih awal atau terlambat belum didefinisikan dengan jelas.

10 Fakta Penting Tuberkulosis

Lebih dari dua miliar orang, atau sepertiga dari seluruh penghuni dunia, terserang "Mycobacterium tuberculosis", bakteri yang mengakibatkan penyakit tuberkulosis (TB).

Tuberkulosis adalah penyebab utama ketujuh kematian di dunia. Penyakit itu menewaskan 1,8 juta orang di seluruh dunia pada 2009, naik dari 1,77 juta pada 2007.

Tuberkulosis adalah satu dari tiga penyakit utama yang berkaitan erat dengan kemiskinan, yang dua lagi adalah AIDS dan malaria, demikian laporan kantor berita Inggris, Reuters.

Berikut adalah 10 fakta penting mengenai tuberkulosis:

1. Tuberkulosis menyebar dengan mudah melalui udara. Ketika orang yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara atau meludah, mereka mengeluarkan bakteri tersebut. Sedikit saja bakteri itu sudah cukup untuk menimbulkan penularan. Satu orang di dunia menjadi orang yang baru terinfektisi TB setiap detik.

2. Hampir semua penularan TB tersembunyi, pembawanya tak memperlihatkan gejala dan mereka tidak terinfeksi. Namun, satu dari 10 orang akan terserang TB sepanjang hidupnya terutama karena melemahnya sistem kekebalan tubuh.

3. Dari 1,8 juta kematian pada 2008, atau 4.930 kematian per hari, setengah juta adalah pasien AIDS. TB kebanyakan menyerang orang dewasa muda yang berada pada masa paling produktif mereka. Mayoritas besar kematian akibat TB terjadi di dunia berkembang. Lebih dari separuhnya terjadi di Asia.

4. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 9,4 juta orang terserang TB aktif pada 2008, naik dari 9,27 juta pada 2007 dan 9,24 juta orang pada 2006. Di antara ke-15 negara yang memiliki angka tertinggi penularan TB pada 2007, 13 berada di Afrika, sementara separuh dari semua kasus baru berada di enam negara Asia -- Bangladesh, China, India, Indonesia, Pakistan dan Filipina.

5. TB adalah penyebab kematian tertinggi ketujuh di negara miskin.

6. Rata-rata pasien TB kehilangan tiga sampai empat bulan masa kerja dan sebanyak 30 persen penghasilan rumah tangga tahunan. Bank Dunia memperkirakan penyakit tersebut menghilangkan empat hingga tujuh persen penghasilan domestik kotor di sebagian negara yang paling parah terserang.

7. TB yang tahan obat disebabkan oleh pengobatan yang setengah-setengah dan tidak berkelanjutan seringkali terjadi karena pasien menghentikan pengobatan sebab mereka mulai merasa lebih baik.

8. Bentuk TB yang paling berbahaya ialah TB yang tahan banyak obat (MDR-TB), yaitu TB yang tahan setidaknya terhadap isoniazid dan rifampicin, dua obat anti-TB yang paling kuat.

9. Angka MDR-TB tinggi di beberapa negara, terutama di India, China dan bekas Uni Sovyet, dan mengancam upaya pengendalian TB. MDR-TB pada hakekatnya ada di semua negara yang disurvei oleh WHO.

10. TB yang tahan obat secara luas, atau XDR-TB, adalah jenis TB yang relatif jarang. Antara 35 persen dan 50 persen pasien TB jenis itu meninggal.

TB Pada Anak: Diagnosa, Terapi dan Pencegahan

dr. Ahmad Ismail

Gejala TB pada anak sangat bervariasi dan tidak saja melibatkan organ pernafasan melainkan banyak organ tubuh lain seperti kulit (skrofuloderma), tulang, otak, mata, usus, dan organ lain. Jangan sampai salah diagnosis atau overdiagnosis!

Siapa yang tidak kenal dengan tuberkulosis (TB)? Penyakit ini kian populer setelah dalam beberapa waktu belakangan ini muncul di layar kaca dengan slogan baru yang disandangnya, “3B: Bukan Batuk Biasa”. Beberapa orang awam mungkin lebih mengenalnya dengan sebutan penyakit flek paru.

Tak disangka, TB ternyata adalah penyakit usang yang sudah ditemukan sejak jaman Mesir kuno. Bahkan Khususnya untuk Indonesia, pada saat Candi Borobudur didirikan (abad VII), rupanya saat itu TB telah menjadi penyakit rakyat, sehingga pemahatnya mengambilnya sebagai contoh orang sakit yang bertemu Pangeran Sidharta Gautama. Orang tersebut kurus dengan bahu tertarik keatas dan tulang-tulang iganya menonjol keluar. Meski usang, tapi penyakit ini masih belum bisa juga dibasmi di muka bumi. Sampai-sampai, TB pun memiliki hari peringatan sedunia yang jatuh setiap tanggal 24 Maret. Dengan adanya hari peringatan itu, tentu diharapkan dunia aware terhadap penyakit ini.

Misdiagnosis atau Overdiagnosis

TB bukanlah penyakit yang hanya dapat diderita orang dewasa. Anak-anak pun terancam. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan terdapat lebih dari 250.000 anak menderita TB dan 100.000 di antaranya meninggal dunia. Di sinilah masalah mulai muncul. Insiden yang terus merangkak tidak disertai dengan kemudahan menegakkan diagnosis sedini mungkin.

Pada orang dewasa, diagnosis pasti ditegakkan apabila menemukan kuman Mycobacterium tuberculosis dalam sputum (dahak). Akan tetapi, anak-anak sangat sulit bila diminta untuk mengeluarkan dahak. Bila pun ada, jumlah dahak yang dikeluarkan tidak cukup. Jumlah dahak yang cukup untuk dilakukan pemeriksaan basil tahan asam (BTA) adalah sebesar 3-5 ml, dengan konsistensi kental dan purulen (agak lengket, bukan ludah).

Masalah kedua adalah jumlah kuman M. tuberculosis dalam sekret bronkus anak lebih sedikit daripada orang dewasa. Hal itu dikarenakan lokasi primer TB pada anak terletak di kelenjar limfe hilus dan parenkim paru bagian perifer. BTA positif baru dapat dilihat bila minimal jumlah kuman 5000/ml dahak.

Selain itu, gejala klinis TB pada anak tidak khas. Hal-hal tersebutlah yang sering membuat kita misdiagnosis atau overdiagnosis!

Batuk Kronik Jarang Terjadi

Gejala klinis TB pada anak yang umum terjadi adalah demam yang tidak tinggi, berkisar 38 derajad Celcius, biasanya timbul sore hari, 2-3 kali seminggu. Gejala lain adalah penurunan nafsu makan, dan gangguan tumbuh kembang. Batuk kronik yang merupakan gejala tersering pada TB paru dewasa, tidak terlalu mencolok pada anak. Mengapa? Sebab lesi primer TB paru pada anak umumnya terdapat di daerah parenkim yang tidak mempunyai reseptor batuk. Kalaupun terjadi, berarti limfadenitis regional sudah menekan bronkus dimana terdapat reseptor batuk. Batuk kronik pada anak lebih sering dikarenakan oleh asma.

Gejala-gejala yang tersebut di atas dikategorikan sebagai gejala nonspesifik. Perlu dicatat bahwa gejala nonspesifik dapat juga ditemukan pada kasus infeksi lain. Maka dari itu, keberadaan infeksi lain perlu dipikirkan agar anak tidak overtreated. Selanjutnya, gejala spesifik tergantung dari organ yang terkena seperti kulit (skrofuloderma), tulang, otak, mata, usus, dan organ lain.

Oleh karena gejala TB pada anak sangat bervariasi dan tidak saja melibatkan organ pernafasan melainkan banyak organ tubuh lain, maka ada yang menyebut TB sebagai the great immitator.

Diagnosis TB pada anak ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, gejala klinis, uji tuberkulin serta pemeriksaan penunjang seperti laboratorium dan radiologi.
Uji tuberkulin (tes Mantoux) menjadi alat diagnostik utama pada kasus TB anak. Sebanyak 0,1 ml tuberkulin jenis PPD-RT 23 2 TU atau PPD-S 5 TU disuntikan intrakutan di bagian volar lengan bawah. Setelah 48-72 jam, daerah suntikan dibaca dan dilaporkan diameter indurasi yang terjadi dalam satuan milimeter. Perlu diperhatikan bahwa diameter yang diukur adalah diameter indurasi bukan diameter eritema! Untuk meminimalkan kesalahan pengukuran, lakukan palpasi secara halus pada daerah indurasi, lalu tentukan tepinya.

Hasil uji tuberkulin dapat dipengaruhi oleh status BCG anak. Pengaruh BCG terhadap reaksi positif tuberkulin paling lama berlangsung hingga 5 tahun setelah penyuntikan. Jadi, ketika membaca uji tuberkulin pada anak di atas 5 tahun, status BCG dapat dihiraukan.

Uji tuberkulin dinyatakan positif apabila diameter indurasi ≥5 mm pada anak dengan faktor risiko seperti menderita HIV dan malnutrisi berat; dan ≥10 mm pada anak lain tanpa memandang status BCG. Pada anak balita yang telah mendapat BCG, diameter indurasi 10-15 mm masih mungkin disebabkan oleh BCG selain oleh infeksi TB. Bila indurasi ≥15 mm lebih mungkin karena infeksi TB daripada BCG.

Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan adalah hitung sel darah, laju endap darah, urinalisis, enzim hati dalam serum (SGOT/SGPT). Asam urat sebaiknya diperiksa apabila akan diberikan pirazinamid dan penglihatan harus diperiksa bila diberikan ethambutol. Pungsi lumbal sebaiknya dilakukan pada TB milier atau bila ada tanda-tanda kecurigaan TB milier atau meningitis TB.

Foto rontgen harus diambil dari 2 sisi yaitu postero-anterior dan lateral. Gambaran yang umum terlihat adalah pembesaran kelenjar hilus atau paratrakea. Dapat juga ditemukan kolaps atau konsolidasi dengan hiperinflasi lokal yang terjadi akibat obstruksi bronkus parsial. Diagnosis banding pembesaran kelenjar hilus/paratrakea pada anak adalah infeksi Mycoplasma, atau keganasan (limfoma sel T dan neuroblastoma). Hasil foto rontgen sebaiknya diinterpretasikan oleh radiolog yang kompeten dan berpengalaman, tegas Prof Cissy. Pada beberapa kasus, interpretasi foto rontgen sulit dilakukan sehingga CT-Scan mungkin diperlukan.

Berdasarkan keterangan sebelumnya bahwa pendiagnosis TB anak sulit dilakukan karena gejalanya tidak khas, dibuatlah suatu kesepakatan penanggulangan TB anak oleh beberapa pakar. Kesepakatan ini dibuat untuk memudahkan penanganan TB anak secara luas, terutama di daerah perifer atau pada fasilitas kesehatan yang kurang memadai. Kesepakatan yang diajukan adalah penggunaan system skor (scoring system)

Bila skor ≥6, beri OAT selama 2 bulan, lalu evaluasi. Bila respon positif maka terapi diteruskan, tetapi bila tidak ada respon, rujuk ke rumah sakit untuk ditinjau lebih lanjut. Rujukan ke rumah sakit dilakukan sesegera mungkin bila ditemukan tanda-tanda bahaya seperti gambaran milier pada foto rontgen, gibbus, skrofuloderma, dan terdapat tanda infeksi sistim saraf pusat (kejang, kaku kuduk, kesadaran menurun), serta kegawatan lain. [Tabel 1]

WHO membuat kriteria anak yang diduga (suspected) menderita TB, bila:
1. sakit, dengan riwayat kontak dengan seseorang yang diduga atau dikonfirmasi menderita TB paru;
2. tidak kembali sehat setelah sakit campak atau batuk rejan (whooping cough);
3. mengalami penurunan berat badan, batuk, dan demam yang tidak berespon dengan antibiotik saluran nafas;
4. terdapat pembesaran abdomen, teraba massa keras tak terasa sakit, dan ascites;
5. terdapat pembesaran kelenjar getah bening superfisial, tidak terasa sakit, dan berbatas tegas;
6. mengalami gejala-gejala yang mengarah ke meningitis atau penyakit sistim saraf pusat.

Tabel 1. Sistim Skoring Diagnosis TB Anak
Parameter 0 1 2 3 skor

Riwayat kontak: - positif TB, - positif TB, ....
BTA negatif BTA positif

Uji tuberkulin: Negatif - - Positif ....

Berat badan: - penurunan BB malnutrisi - ....
(BGM) berat

Demam: - ≥2 minggu - - ....

Lama Batuk: - ≥2 minggu - - ....

Pembesaran
Kelenjar limfe - jumlah >1 - - ....
leher, ketiak, diameter≥1 cm
inguinal tidak nyeri


pembengkakan - ada - - ....
Tulang, sendi pembengkakan

Rontgent Dada normal, kesan TB - - ....
tidak ada
kelainan

Jumlah Skor ....

Kemoprofilaksis

Seorang anak dapat terinfeksi kuman TB tetapi belum tentu bermanifestasi menjadi sakit TB. Apabila daya tahan tubuh anak menurun atau virulensi kuman TB yang menginfeksi ganas maka anak yang semula ‘hanya’ terinfeksi menjadi sakit TB.

Ada 2 macam kemoprofilaksis TB pada anak. [Tabel 2] Kemoprofilaksis primer bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi tuberkulosis pada anak, dengan memberikan isoniazid 5-10 mg/kgBB/hari, dosis tunggal. Kemoprofilaksis primer dihentikan bila sumber kontak tidak menular lagi dan anak ternyata tetap tidak infeksi – dibuktikan dengan uji tuberkulin ulang. Kalau ternyata hasil uji tuberkulin positif maka harus dievaluasi lebih lanjut.

Kemoprofilaksis sekunder bertujuan mencegah aktifnya infeksi sehingga anak tidak sakit – yang ditandai dengan uji tuberkulin positif tetapi gejala klinis dan radiologis normal. Yang diberikan adalah isoniazid 10 mg/kgBB/hari selama 6-12 bulan.

Kelompok anak terinfeksi TB yang berisiko tinggi menderita TB adalah:
1. usia <5 tahun
2. menderita penyakit infeksi (morbili, varisela)
3. mendapat obat imunosupresif jangka panjang (sitostatik, steroid, dll)
4. usia pubertas
5. infeksi paru TB, konversi uji tuberkuiln dalam kurang dari 12 bulan.

Tabel 2. Klasifikasi Kelas TB pada Anak
Kelas Kontak Infeksi Sakit Tatalaksana
0 - - - -
1 + - - Profilaksis 1
2 + + - Profilaksis 2
3 + + + Terapi TB

OAT

Prinsip penatalaksaan TB anak adalah lebih cepat mengobati daripada terlambat agar komplikasi tidak terjadi. Bila dianamnesis dan diperiksa, anak kemungkinan besar menderita TB maka beri OAT selama 2 bulan. Lalu, observasi apakah terdapat perbaikan klinis. Bila ya, lanjutkan OAT lagi (total 6-12 bulan); tetapi bila tidak, mungkin bukan TB atau TB resisten terhadap OAT.

Lama pengobatan TB berkisar 6-12 bulan yang dibagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif dan fase lanjutan. Pada fase intensif, OAT yang diberikan adalah rifampisin, isoniazid, dan pirazinamid selama 2 bulan pertama. Sedangkan fase lanjutan hanya diberikan rifampisin dan isoniazid selama sisa waktu pengobatan. Waktu yang diperlukan untuk mengobati TB boleh dibilang lama, dengan tujuan mencegah terjadinya resistensi obat, membunuh kuman intraselular dan ekstraselular, serta mengurangi kemungkinan terjadinya relaps. [Tabel 3 & 4]

Respon anak terhadap OAT (farmakokinetik) berbeda dengan dewasa. Toleransi anak terhadap dosis OAT per kilogram berat badan lebih tinggi. Efek samping hepatitis akibat isoniazid dan rifampisin lebih banyak ditemukan pada anak. Maka dari itu, dianjurkan untuk memeriksa rutin uji faal hati sebelum pengobatan, setelah 2 minggu dan 1 bulan pengobatan.

Dosis OAT pada anak harus mengacu pada dosis per kilogram berat badan. Karena OAT yang tersedia di pasaran berbentuk tablet untuk orang dewasa, maka saat diberikan kepada anak, tablet itu harus digerus menjadi puyer. Tak hanya itu, isoniazid, rifampisin, dan pirazinamid tidak boleh dicampur menjadi satu puyer sebab dapat mengganggu bioavailabilitas rifampisin.

Berbicara mengenai minum OAT, tidak hanya sekedar minum tetapi juga patuh. Kepatuhan minum OAT meliputi benar obat (right drugs), benar dosis (right doses), dan benar waktu pemberian (right intervals) – tertuang dalam program Direct Observed Therapy (DOT) – menjadi bagian yang sangat krusial. Orang tua atau pengasuh anak dapat dijadikan pengawas minum obat yang bertugas mengawasi anak agar tidak lupa minum OAT. Dilaporkan pada tahun 1999, sekitar 82,9% anak menjalankan program DOT, dan 94,8% diantaranya menunaikannya sampai tuntas. DOT juga berhasil mengurangi risiko terjadinya TB resisten terhadap OAT.

Tabel 3. Dosis OAT pada TB anak
Jenis obat BB < 10 kg BB 10-19 kg BB 20-32 kg
Isoniazid (H) 50 mg 100 mg 200 mg
Rifampicin (R) 75 mg 150 mg 300 mg
Pyrazinamide (Z) 150 mg 300 mg 600 mg

Tabel 4. Dosis OAT Kombinasi pada TB anak
Berat Badan 2 bulan tiap hari 4 bulan tiap hari
RHZ (75/50/150) RH (75/50)
5-9 kg 1 tablet 1 tablet
10-19 kg 2 tablet 2 tablet
20-32 kg 4 tablet 4 tablet

Catatan:
- Bila BB ≥33 kg dosis disesuaikan dengan Tabel 2 (perhatikan dosis maksimal)
- Bila BB <5 kg sebaiknya dirujuk ke RS
- Obat harus diberikan secara utuh (tidak boleh dibelah)

Pencegahan

Cara terbaik mencegah terjadinya TB anak adalah dengan menemukan, mendiagnosa, dan mengobati TB dewasa secara tuntas. Gagasan itu muncul karena pada umumnya anak terinfeksi TB setelah terpapar dari orang dewasa dengan sputum positif kuman TB. Ketika seorang anak sudah menderita TB aktif maka seluruh anggota keluarga dan orang lain yang kontak dekat dengan anak tersebut harus diperiksa untuk mencari sumber penularan lalu diobati. Dengan demikian, rantai penularan dapat terputus sedini mungkin.

Cara lain adalah imunisasi BCG. Meskipun masih terdapat kontroversi mengenai keefektifitasannya, BCG dapat mengurangi risiko terjadinya komplikasi TB seperti milier, meningitis, dan spondilitis. Melakukan imunisasi BCG ulangan tidak direkomendasikan karena tidak memberikan efek protektif tambahan.

Masalah TB pada anak memang masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat di dunia karena anak yang menderita TB tidak mudah menularkan ke orang sekitarnya. Padahal bukan penularan yang menjadi masalah, melainkan diagnosis yang sulit. Masihkah kita memicingkan mata terhadap situasi tersebut?

PPOK, Penyakit yang perlu diwaspadai Perokok

dr. Ahmad Ismail

Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) perlu diwaspadai pada mereka yang memiliki kebiasaan merokok. Soalnya, selama ini PPOK belum banyak diketahui masyarakat, padahal hampir 80 persen perokok (baik perokok aktif, pasif maupun mantan perokok) dipastikan bakal mengalami PPOKpada saat usia 45 tahun ke atas. Selain perokok, tenaga kerja yang sering terpajan polusi udara juga potensial menderita PPOK, penderita dengan riwayat batuk berulang pada masa anak-anak dan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR).

Penderita PPOK umumnya mengalami gejala batuk dan sesak napas yang terjadi secara berulang-ulang, kronis (menahun) dan semakin lama semakin bertambah berat.
Angka penderita PPOK di Indonesia sangat tinggi. Di BKPM Pekalongan, PPOK menduduki peringkat ke-3 setelah ISPA, TB paru dan mempunya tren yang terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2005 tercatat 273 kasus, tahun 2006 292 kasus, dan pada tahun 2008 meningkat tajam menjadi 2149 kasus.

Faktor yang berperan peningkatan penyakit tersebut antara lain:
1. kebiasan merokok yang sangat tinggi
2. pertambahan penduduk, berkaitan dengan perumahan yang padat
3. meningkatnya usia rata-rata penduduk dari 54 tahun pada tahun 1960-an menjadi 63 tahun pada tahun 1990-an.
4. industrialisasi
5. polusi udara terutama di kota besar

Banyak penderita PPOK datang ke dokter saat penyakit itu sudah lanjut. Padahal, sampai saat ini belum ditemukan cara yang efisien dan efektif untuk mendeteksi PPOK.

Ada dua bentuk utama PPOK, yaitu bronkitis kronis dan emfisema paru, atau gabungan keduanya. Yang disebut bronkitis kronis adalah peradangan saluran napas kronis yang ditandai dengan gejala batuk berdahak minimal tiga bulan dalam setahun dan sekurang-kurangnya dua tahun berturut-turut. Sementara emfisema paru merupakan pelebaran alveoli (gelembung udara paru) yang disertai dengan kerusakan dinding (septum interalveoler). Sehingga, beberapa gelembung paru menyatu (over inflasi), yang akan mengakibatkan keluhan sesak napas menetap dan mempunyai kecenderungan semakin lama semakin berat (irreversible).

Gangguan pernapasan kronik PPOK ini secara progresif memperburuk fungsi paru dan membuat aliran udara jadi terbatas, khususnya saat mengeluarkan napas. Oleh karena itu sering terlihat mulut mencucu seperti meniup pada saat mengeluarkan nafas (ekspirasi). Serta bisa menyebabkan terjadi komplikasi gangguan pernapasan dan jantung. Bahkan, yang lebih parah lagi, jika penyakit bertambah buruk, dapat menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari dan bisa menyebabkan kehilangan kualitas hidup.

Di Indonesia menempati urutan ke-5 sebagai penyakit yang menyebabkan kematian. Sementara data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pada tahun 2010 diperkirakan penyakit ini akan menempati urutan ke-4 sebagai penyebab kematian.

Pengobatan terhadap penyakit ini tidak akan bisa menyembuhkan 100 persen. Sedangkan pengobatan berupa suportif paliatif hanya untuk memperbaiki hidup. Sementara untuk harga obat, bisa mencapai dua hingga tiga kali lipat dari obat TBC. Selain itu, obat-obatan tersebut juga harus dikonsumsi seumur hidup.

penelitian2. PERBEDAAN KADAR SGOT–SGPT SEBELUM DAN SESUDAH PENGOBATAN DENGAN OAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF DI POLI TB BKPM PEKALONGAN

INTISARI

Oleh: dr. Ahmad Ismail

PENDAHULUAN

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Terapi TB paru menggunakan kombinasi obat anti tuberkulosis, yaitu isoniazid (INH), rifampisin, Pyrazinamid, ethambutol, dan streptomisin. Obat–obatan ini apabila dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang dikawatirkan dapat menimbulkan efek samping pada hati, karena OAT bersifat hepatotoksik. Melalui cara Metabolite Related-Hepatotoxicity, terjadi kerusakan hati nekrosis bagian sentral, menyebabkan penurunan kapasitas pembentukan ATP sehingga sel–sel hepatosit mengeluarkan enzim–enzim transaminase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antar kadar SGOT–SGPT sebelum dan sesudah pengobatan dengan obat anti tuberkulosis pada pasien tuberkulosis BTA positif di Balai Kesehatan Paru Masyarakat kota Pekalongan.

Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil adalah penderita Tuberkulosis Paru dengan BTA positif yang menjalani rawat jalan di BKPM kota Pekalongan. Total sampel yang diambil sebanyak 30 pasien. Data kemudian diolah dan dianalisis menggunakan uji T.

Dari hasil pengolahan data menggunakan uji paired T-test: kadar SGOT diperoleh nilai T +0.458, sedangkan nilai T dalam table diperoleh ±2,0452. Nilai dari test berada pada daerah H0 yang diterima sehingga diperoleh bahwa H0 diterima dan Ha ditolak. Dari hasil test diperoleh nilai probabilitas yaitu 0,650 artinya >0,05 sehingga H0 diterima

Sedangkan hasil pengolahan data menggunakan uji paired T-test: kadar SGPT diperoleh nilai T -0.160, sedangkan nilai T dalam table diperoleh ±2,0452. Nilai dari test berada pada daerah H0 yang diterima sehingga diperoleh bahwa H0 diterima dan Ha ditolak. Dari hasil test diperoleh nilai probabilitas yaitu 0,874 artinya >0,05 sehingga H0 diterima.

Dari nilai T dan probabilitas dapat diambil keputusan bahwa tidak ada perbedaan antara kadar SGOT-SGPT seselum dan sesudah pengobatan dengan obat anti tuberculosis pada pasien tuberculosis BTA positif.

Kesimpulan dari penelitian adalah tidak ada perbedaan antara kadar SGOT-SGPT seselum dan sesudah pengobatan dengan obat anti tuberculosis pada pasien tuberculosis BTA positif di BKPM kota Pekalongan Mei–Desember 2009.
Penelitian ini menunjukkan bahwa obat anti tuberkulosis (OAT) aman diminum oleh pasien TB paru BTA positif. Kekawatiran tentang efek hepatotoksik dari obat ini tidak didukung oleh penelitian ini..

Kata kunci: kadar SGOT-SGPT, pengobatan Tuberkulosis paru, OAT (obat anti Tuberculosis) 

penelitian 1. PERBEDAAN BERAT BADAN SEBELUM DAN SESUDAH PENGOBATAN DENGAN OAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF DI POLI TB BKPM PEKALONGAN

INTISARI

Oleh: dr. Ahmad Ismail

PENDAHULUAN

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Di Indonesia, penyakit TB masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia masih menempati urutan ketiga di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total pasien TB di dunia. Denagn startegi DOTS, terapi TB paru memerlukan waktu yang lebih pendek yaitu 6 bulan dengan menggunakan kombinasi obat anti tuberculosis (OAT), yaitu isoniazid (INH), rifampisin, Pyrazinamid, ethambutol, dan streptomisin. Indikasi perbaikan kondisi penderita TB selama pengobatan dapat diketahui dengan kenaikan berat badan. Kenaikan berat badan merupakan hasil peningkatan semua jaringan yang ada pada tubuh antara tulang, otot, lemak, cairan tubuh. Parameter ini yang paling baik untuk melihat perubahan yang terjadi dalam waktu singkat karena konsumsi makanan dan kondisi kesehatan yang membaik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan berat badan sebelum dan sesudah pengobatan dengan obat anti tuberculosis (OAT) pada pasien TB paru BTA positif di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) kota Pekalongan.

Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil adalah penderita Tuberkulosis Paru dengan BTA positif yang menjalani rawat jalan di BKPM kota Pekalongan. Total sampel yang diambil sebanyak 30 pasien. Data kemudian diolah dan dianalisis menggunakan uji paired T-tes.

Dari hasil pengolahan data menggunakan uji paired T-test: berat badan sebelum dan sesudah pengobatan diperoleh nilai T -10.382, sedangkan nilai T dalam table diperoleh ±2,0452. Nilai dari test berada pada daerah H0 yang ditolak sehingga diperoleh bahwa H0 ditolak dan Ha. diterima Dari hasil test diperoleh nilai probabilitas yaitu 0,0001 artinya <0,05 sehingga H0 ditolak.

Kesimpulan. Dari nilai T dan probabilitas dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan antara berat badan seselum dan sesudah pengobatan dengan obat anti tuberculosis pada pasien TB paru BTA positif di BKPM kota Pekalongan.

Kata kunci: Berat Badan, Pengobatan Tuberkulosis Paru, OAT (obat anti Tuberculosis) 

Kamis, 04 Maret 2010

Tips Sehat Agar Terhindar Dari Batuk

Untuk menghindari datangnya batuk atau mencegah agar tidak semakin parah dan mempercepat penyembuhannya, berikut beberapa hal yang harus diperhatikan :

- Konsumsikan makanan yang bergizi dan seimbang untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh.

- Hentikan kebiasaan merokok dan jauhi asap rokok dari orang lain.

- Istirahat yang cukup. Tidur 6-8 jam sehari. Jangan begadang terlalu malam. Kurang istirahat dapat menurunkan daya tahan tubuh kita.

- Jika mudah alergi, kenali dan hindari hal-hal yang dapat memicunya seperti debu, bulu binatang, asap, dan jangan menggunakan kipas angin. Bersihkan kamar tidur paling tidak tiga kali seminggu. Beberapa jenis batuk disebabkan oleh alergi terhadap debu.

- Perbanyak minum air putih minimal 10 gelas sehari. Minum minuman panas seperti teh jahe atau jeruk panas untuk membantu melegakan tenggorokan. Hirup uap panas dari wadah yang berisi air panas/mendidih

- Hindari makanan yang digoreng/berminyak, manis, pedas, minuman dingin/es, kafein dan alkohol

- Sempatkan olah raga secara rutin minimal 3 kali seminggu selam 30 menit. Olah raga yang dianjurkan adalah yang bersifat aerobic, seperti: jalan kaki, lari, bersepeda, dan renang. Olah raga permainan juga diperbolehkan asalkan sesuai dengan kemampuan.

- Kelola Stress dengan baik. Hanya dengan belajar mengelolanya secara tepat, kita dapat terhindar dari dampak negatif stress seperti sulit tidur, nafsu makan berkurang yang pada akhirnya mempengaruhi daya tahan tubuh kita.

- Kenali batuk anda, apakah berdahak atau kering. Anda dapat membeli obat di apotek sesuai dengan jenis batuk anda. Bila terjadi keluhan yang serius, segera pergi ke dokter

Lakukan tips di atas secara rutin dan berkelanjutan semoga kita akan terhindar dari penyakit akibat perubahan cuaca ini seperti yang sering dialami banyak orang

dr. Ahmad Ismail

Tips Sehat Agar Terhindar Dari Batuk

Untuk menghindari datangnya batuk atau mencegah agar tidak semakin parah dan mempercepat penyembuhannya, berikut beberapa hal yang harus diperhatikan :
- Konsumsikan makanan yang bergizi dan seimbang untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh.
- Hentikan kebiasaan merokok dan jauhi asap rokok dari orang lain.
- Istirahat yang cukup. Tidur 6-8 jam sehari. Jangan begadang terlalu malam. Kurang istirahat dapat menurunkan daya tahan tubuh kita.
- Jika mudah alergi, kenali dan hindari hal-hal yang dapat memicunya seperti debu, bulu binatang, asap, dan jangan menggunakan kipas angin. Bersihkan kamar tidur paling tidak tiga kali seminggu. Beberapa jenis batuk disebabkan oleh alergi terhadap debu.
- Perbanyak minum air putih minimal 10 gelas sehari. Minum minuman panas seperti teh jahe atau jeruk panas untuk membantu melegakan tenggorokan. Hirup uap panas dari wadah yang berisi air panas/mendidih
- Hindari makanan yang digoreng/berminyak, manis, pedas, minuman dingin/es, kafein dan alkohol
- Sempatkan olah raga secara rutin minimal 3 kali seminggu selam 30 menit. Olah raga yang dianjurkan adalah yang bersifat aerobic, seperti: jalan kaki, lari, bersepeda, dan renang. Olah raga permainan juga diperbolehkan asalkan sesuai dengan kemampuan.
- Kelola Stress dengan baik. Hanya dengan belajar mengelolanya secara tepat, kita dapat terhindar dari dampak negatif stress seperti sulit tidur, nafsu makan berkurang yang pada akhirnya mempengaruhi daya tahan tubuh kita.
- Kenali batuk anda, apakah berdahak atau kering. Anda dapat membeli obat di apotek sesuai dengan jenis batuk anda. Bila terjadi keluhan yang serius, segera pergi ke dokter

Lakukan tips di atas secara rutin dan berkelanjutan semoga kita akan terhindar dari penyakit akibat perubahan cuaca ini seperti yang sering dialami banyak orang

dr. Ahmad Ismail

Sindroma Obstrusi Pasca TB (SOPT)

“Dok, saya telah menyelesaikan pengobatan paru-paru selama 6 bulan, tapi kok nafas saya masih kempis-kempis dan masih batuk. Tolong saya diberi obat biar nafas saya plong”

Pertanyaan semacam itu sering saya dengar di ruang poli non-TB BKPM kota Pekalongan. Banyak pasien yang telah menyelesaikan pengobatan TB selama 6 bulan bahkan ada yang lebih, namun kembali dengan keluhan yang mirip dengan gejala TB, yaitu: sesak nafas, batuk berdahak dan batuk darah. Mereka mengira penyakit TB yang dulu sudah dinyatakan sembuh oleh dokter, sekarang kambuh.

Dokter kemudian merekomendasikan pasien untuk diperiksa dahak dan difoto rontgen dada. Hasil pemeriksaan dahak negative, artinya tidak ditemukan kuman dalam sampel dahak yang diperiksa. Hasil foto rontgen dada menunjukkan bekas TB. Dokter menyimpulkan bahwa pasien menderita sindroma obstruksi pasca tuberculosis (SOPT). Namun pasien tetap minta untuk diobati seperti dulu, yakni pengobatan TB selama 6 bulan.

SOPT disebabkan oleh bekas dari luka akibat infeksi TB paru. Jadi, semakin luas jaringan paru yang rusak akibat infeksi kuman TB, semakin luas bekas luka ang ditimbulkan. Gampangnya, jika pasien datang dengan TB paru yang parah (destroyed lung) maka kemungkinan setelah sembuh akan meninggalkan bekas yang luas sehingga keluahan yang dirasakan juga semakin berat.

Setiap kali kita mengadakan penyuluhan terhadap pasien TB paru khususnya BTA +, dokter selalu menyarankan agar seluruh orang yang tinggal serumah dengan penderita TB untuk diperiksa. Penderita TB dengan gambaran rontgen dada yang minimal biasanya tidak menunjukkan gejala yang berarti, seperti batuk biasa. Dengan pengobatan TB pada stadium awal diharapkan setelah selesai pengobatan, pasien tidak menderita SOPT.
Dari seluruh pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatannya, 16-50% akan menderita SOPT mulai dari derajad ringan sampai berat. Mengingat insidensi SOPT yang tinggi, maka pada pasien TB yang masih dalam pengobatan, dokter selalu menganjurkan agar rajin berolahraga untuk mengembalikan fungsi paru. Olahraga yang dianjurkan adalah: jalan kaki, lari-lari kecil (jogging), bersepeda atau renang. Bagi pasien dengan keluhan nyeri sendi, dianjurkan untuk bersepeda atau renang.

Tidak seperti TB yang masih aktif, SOPT tidak menularkan pada orang-orang di sekitarnya. Namun sayangnya SOPT tidak dapat disembuhkan. Gejalanya hanya dapat diminimalisasi dengan olahraga secara teratur.

dr. Ahmad Ismail

Sindroma Obstrusi Pasca TB (SOPT)

“Dok, saya telah menyelesaikan pengobatan paru-paru selama 6 bulan, tapi kok nafas saya masih kempis-kempis dan masih batuk. Tolong saya diberi obat biar nafas saya plong”

Pertanyaan semacam itu sering saya dengar di ruang poli non-TB BKPM kota Pekalongan. Banyak pasien yang telah menyelesaikan pengobatan TB selama 6 bulan bahkan ada yang lebih, namun kembali dengan keluhan yang mirip dengan gejala TB, yaitu: sesak nafas, batuk berdahak dan batuk darah. Mereka mengira penyakit TB yang dulu sudah dinyatakan sembuh oleh dokter, sekarang kambuh.

Dokter kemudian merekomendasikan pasien untuk diperiksa dahak dan difoto rontgen dada. Hasil pemeriksaan dahak negative, artinya tidak ditemukan kuman dalam sampel dahak yang diperiksa. Hasil foto rontgen dada menunjukkan bekas TB. Dokter menyimpulkan bahwa pasien menderita sindroma obstruksi pasca tuberculosis (SOPT). Namun pasien tetap minta untuk diobati seperti dulu, yakni pengobatan TB selama 6 bulan.

SOPT disebabkan oleh bekas dari luka akibat infeksi TB paru. Jadi, semakin luas jaringan paru yang rusak akibat infeksi kuman TB, semakin luas bekas luka ang ditimbulkan. Gampangnya, jika pasien datang dengan TB paru yang parah (destroyed lung) maka kemungkinan setelah sembuh akan meninggalkan bekas yang luas sehingga keluahan yang dirasakan juga semakin berat.

Setiap kali kita mengadakan penyuluhan terhadap pasien TB paru khususnya BTA +, dokter selalu menyarankan agar seluruh orang yang tinggal serumah dengan penderita TB untuk diperiksa. Penderita TB dengan gambaran rontgen dada yang minimal biasanya tidak menunjukkan gejala yang berarti, seperti batuk biasa. Dengan pengobatan TB pada stadium awal diharapkan setelah selesai pengobatan, pasien tidak menderita SOPT.
Dari seluruh pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatannya, 16-50% akan menderita SOPT mulai dari derajad ringan sampai berat. Mengingat insidensi SOPT yang tinggi, maka pada pasien TB yang masih dalam pengobatan, dokter selalu menganjurkan agar rajin berolahraga untuk mengembalikan fungsi paru. Olahraga yang dianjurkan adalah: jalan kaki, lari-lari kecil (jogging), bersepeda atau renang. Bagi pasien dengan keluhan nyeri sendi, dianjurkan untuk bersepeda atau renang.

Tidak seperti TB yang masih aktif, SOPT tidak menularkan pada orang-orang di sekitarnya. Namun sayangnya SOPT tidak dapat disembuhkan. Gejalanya hanya dapat diminimalisasi dengan olahraga secara teratur.

dr. Ahmad Ismail

Gizi yang baik bagi pasien TB

Gizi mempunyai peran besar dalam daur kehidupan. Setiap tahap daur kehidupan terkait dengan satu paket prioritas gizi yang berbeda. Semua orang sepanjang hidup membutuhkan nutrient yang sama, namun dengan jumlah yang berbeda. Gizi tertentu yang didapat dari makanan, melalui peranan fisiologis yang spesifik dan tidak tergantung pada nutrient yang lain, sangat dibutuhkan untuk hidup dan sehat.

Kebutuhan akan gizi berubah sepanjang daur kehidupan, dan ini terkait denan pertumbuhan dan perkembangan masing-masing tahap kehidupan. Berkaitan dengan hal tersebut gizi yang tidak adekuat mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang yang berkibat menurunnya antibodi sehingga penyakit mudah menyerang, salah satunya yang berkaitan erat yaitu penyakit TB paru.

Gizi merupakan faktor pendukung bagi penyakit infeksi seperti TB paru. Gizi yang seimbang dapat terpenuhi dengan menu makanan yang padat gizi. Gizi yang seimbang membantu mempercepat proses penyembuhan penyakit TB Paru. Gizi seimbang mencakup makanan adekuat yang harus di konsumsi tubuh. Makanan yang di konsumsi berupa gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung unsur karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air.

Hal-Hal yang perlu di perhatikan penderita TB Paru :
1. Obat anti TB (OAT) diminum dalam keadaan perut kosong
2. Sebaiknya makanan jajajan tidak diberikan menjelang waktu makan
3. Hindari buah asam dan menimbulkan gas, seperti: kedondong, nanas, durian, nangka, kubis, sawi
4. Tidak ada pantangan khusus penderita TB paru terhadap makanan kecuali penderita TB paru yang disertai dengan penyakit lain (kencing manis, Penyakit hati dll). Pada keadaan ini segera konsultasi dengan ahli gizi.
5. Pada penderita TB yang masih menyusui, ASI tetap diberikan kepada bayinya dengan memakai penutup mulut (masker)
6. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan petugas kesehatan.
7. Kontrol teratur sesuai dengan petunjuk petugas kesehatan.

dr. Ahmad Ismail

http://www.bbkpmska.com/artikel/kesehatan-paru/82-gizi-dan-tb-paru.html

Gizi yang baik bagi pasien TB

Gizi mempunyai peran besar dalam daur kehidupan. Setiap tahap daur kehidupan terkait dengan satu paket prioritas gizi yang berbeda. Semua orang sepanjang hidup membutuhkan nutrient yang sama, namun dengan jumlah yang berbeda. Gizi tertentu yang didapat dari makanan, melalui peranan fisiologis yang spesifik dan tidak tergantung pada nutrient yang lain, sangat dibutuhkan untuk hidup dan sehat.

Kebutuhan akan gizi berubah sepanjang daur kehidupan, dan ini terkait denan pertumbuhan dan perkembangan masing-masing tahap kehidupan. Berkaitan dengan hal tersebut gizi yang tidak adekuat mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang yang berkibat menurunnya antibodi sehingga penyakit mudah menyerang, salah satunya yang berkaitan erat yaitu penyakit TB paru.

Gizi merupakan faktor pendukung bagi penyakit infeksi seperti TB paru. Gizi yang seimbang dapat terpenuhi dengan menu makanan yang padat gizi. Gizi yang seimbang membantu mempercepat proses penyembuhan penyakit TB Paru. Gizi seimbang mencakup makanan adekuat yang harus di konsumsi tubuh. Makanan yang di konsumsi berupa gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung unsur karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air.

Hal-Hal yang perlu di perhatikan penderita TB Paru :
1. Obat anti TB (OAT) diminum dalam keadaan perut kosong
2. Sebaiknya makanan jajajan tidak diberikan menjelang waktu makan
3. Hindari buah asam dan menimbulkan gas, seperti: kedondong, nanas, durian, nangka, kubis, sawi
4. Tidak ada pantangan khusus penderita TB paru terhadap makanan kecuali penderita TB paru yang disertai dengan penyakit lain (kencing manis, Penyakit hati dll). Pada keadaan ini segera konsultasi dengan ahli gizi.
5. Pada penderita TB yang masih menyusui, ASI tetap diberikan kepada bayinya dengan memakai penutup mulut (masker)
6. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan petugas kesehatan.
7. Kontrol teratur sesuai dengan petunjuk petugas kesehatan.

dr. Ahmad Ismail

http://www.bbkpmska.com/artikel/kesehatan-paru/82-gizi-dan-tb-paru.html

Lingkungan Sehat Cegah Penularan TB

Pencegahan TB yang utama adalah dengan menyembuhkan semua penderita TB sehingga tidak lagi dapat menyebarkan kuman TB pada orang sehat di sekitarnya. Menjaga kebersihan lingkungan, menciptakan lingkungan rumah yang sehat, menerapkan pola gizi yang baik, menghindari asap rokok dan imunisasi BCG untuk bayi baru lahir dapat mencegah penyakit TB.

Lingkungan yang sehat dari bersih adalah dambaan setiap manusia. Begitu pula dengan apa yang diharapkan dalam Visi Indonesia Sehat 2010 yaitu lingkungan yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat. Dimana lingkungan tersebut bebas dari polusi terutama polusi udara, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan/pemukiman yang sehat dan perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan lingkungan.

Lingkungan sendiri mempunyai 2 unsur utama yaitu fisik dan sosial. Lingkungan fisik adalah semua hal yang berhubungan langsung dengan kesehatan dan perilaku seseorang.
Sedangkan lingkungan sosial yaitu adanya masalah kesenjangan sosial yang nantinya akan menyebabkan kemiskinan. Kemiskinan inilah yang nantinya berdampak terhadap status kesehatan masyarakat dimana akan timbul penyakit berbasis lingkungan. Masalah kesehatan berbasis lingkungan disebabkan oleh berbagai hal antara lain yaitu kondisi lingkungan yang tidak memadai, baik kualitas maupun kuantitasnya serta perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah. Kondisi tersebut akan menimbulkan berbagai penyakit mengakibatkan: TB Paru, ISPA, Diare, malari, Demam Berdarah.

Rumah sehat

Rumah dan lingkungan yang sehat dapat mencegah penularan penyakit paru. Adapun syarat-syarat rumah sehat sebagai berikut :
- Dinding dan lantai kedap air
- Ada ventilasi 10% x luas lantai
- Penerangan dalam setiap ruang harus cukup 20% x luas lantai
- Ada sumber air bersih
- Ruangan rumah cukup luas dan tidak padat huni
- Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap pakai cerobong.
- Ada pembuangan limbah (tempat sampah, jamban, saluran pembuangan air, limbah, septic tank berjarak 10 meter dari Sarana Air Bersih)
- Langit-langit dan halaman rumah bersih dan pekarangan ditanami tumbuhan yang bermanfaat
- Kandang ternak terpisah dari rumah

Hidup Sehat

Kesehatan sangat mahal harganya, namun sayangnya kita baru menyadarinya setelah kita atau salah satu keluarga sakit jatuh sakit. Kesehatan adalah nikmat yang harus kita syukuri dengan memelihara, menjaga dan meningkatkannya. Hal ini bisa dilakukan dengan melaksanakan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS). Ada 10 indikator yang meliputi 7 indikator perilaku hidup bersih sehat dan 3 indikator gaya hidup sehat.

Cara pencegahan penularan penyakit TB paru yang berkaitan dengan lingkungan dan perilaku yaitu :
1. Membuka jendela pada pagi hari sampai sore hari, agar rumah mendapat sinar matahari dan udara yang cukup
2. Menjemur kasur, bantal dan guling secara teratur 1 kali seminggu
3. Dalam satu kamar sebaiknya tidak lebih dari 3 orang
4. Menjaga kebersihan diri, rumah dan lingkungan disekitar rumah
5. Lantai disemen atau dipasang tegel/keramik
6. Bila batuk, tutup mulut dengan sapu tangan atau tissu
7. Tidak meludah di sembarang tempat tapi gunakan tempat khusus yang sudah di isi Lysol/air sabun.
8. Istirahat yang cukup, tidak tidur larut malam
9. Makan makanan bergizi seimbang
10. Hindari polusi udara dalam rumah seperti asap dapur dan asap rokok

dr. Ahmad Ismail

http://www.bbkpmska.com/artikel/kesehatan-paru/81-lingkungan-sehat-untuk-tb.html

Obat TB aman untuk wanita menyusui atau hamil

Pada prinsipnya pengobatan TB pada ibu menyusui tidak berbeda dengan pasien pada umumnya. Semua jenis OAT aman diminum oleh ibu menyusui. Sedangkan pada ibu hamil, semua jenis OAT yang diminum aman, sedangkan obat yang berupa suntikan tidak dianjurkan. Seorang ibu hamil atau menyusui harus mendapatkan pengobatan TB secara adekuat.

Sampai saat ini masih banyak ibu hamil atau menyusui yang menghentikan pengobatannya karena mereka kawatir akan keselamatan janin atau bayinya. Justru yang sangat disayangkan adalah, mereka menghentikan obat TB setelah berkonsultasi dengan bidan desa. Dengan tulisan ini, semoga tenaga kesehatan dan PMO (pengawas Minum Obat) mengetahui bahwa obat TB aman diminum oleh wanita hamil atau ibu menyusui.

Obat suntikan diberikan pada pasien yang gagal pada pengobatan pertama, pasien kambuh atau pasien putus obat (default). Pasien akan mendapatkan suntikan setiap hari selama 2 bulan. Pada ibu hamil, obat suntikan ini tidak dianjurkan karena bersifar permanen ototoksik dan menembus barier plasenta yang dapat menimbulkan gangguan pendengaran pada janin.

Perlu dijelaskan pada ibu hamil atau menyusui bahwa keberhasilan pengobatan sangat penting artinya. Pada ibu hamil bertujuan supaya proses persalinan berjalan lancer dan bayi yang dilahirkan akan terhindar dari kemungkinan tertulat TB. Sedangkan pada ibu menyusui, pengobatan TB sampai sembuh adalah cara terbaik untuk menghindari penularan dari ibu kepada bayinya. Sebagaimana kita ketahui bahwa penularan kuman TB karena percikan dahak pada waktu kita batu, bersin, bicara bahkan pada saat kita bernafas. Ibu menyusui boleh tetap menyusui bayinya asalkan memakai masker pada saat berdekatan.

Setelah 2 bulan pengobatan, biasanya kuman sudah bersifat dormant (tidur/tidak aktif) sehingga tidak menularkan kepada orang-orang di sekitarnya, demikian juga dengan bayi yang sedang disusui.
Sedangkan bagi pasien TB yang sedang dalam pengobatan, dianjurkan tidak menggunakan kontrasepsi hormonal (pil KB, KB suntik dan KB susuk). Rifampisin dengan kontrasepsi hormon sehinggak akan menurunkan efektifitas kontrasepsi tersebut. Seorang pasien TB sebaiknya menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen dosis tinggi (50 mcg) atau kontrasepsi non-hormonal seperti: kondom & IUD.

dr. Ahmad Ismail

Sumber:
Anonym. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis edisi 2 cetakan pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Tips mengeluarkan dahak pada pasien TB

Setiap pasien yang datang ke BKPM kota Pekalongan dengan gejala batuk 2 minggu atau lebih, batuk darah, sesak nafas, dada terasa berat, badan meriang, susah makan dan berat badan menurun, perlu kita dicurigai menderita tuberculosis (TB). Setelah dilakukan pemeriksaan fisik biasanya pasien diminta mengeluarkan dahak untuk diperiksa di laboratorium. Hasil pemeriksaan dahak ini adalah standar untuk menentukan diagnosa TB.

Kualitas dahak yang baik akan menentukan kecepatan ditemukannya kuman Mycobacterium tuberculosis dalam dahak. Kuman banyak terdapat dalam dahak yang kental dan sedikit lengket (purulen). Pada pasien TB, dahak purulen belum tentu dengan mudah bisa dikeluarkan meskipun produksinya banyak. Jumlah dahak yang cukup untuk dilakukan pemeriksaan kuman TB adalah sebesar 3-5 ml, dengan konsistensi kental dan purulen. Untuk mengeluarkan dahak yang purulen, berikut tips yang bisa dilakukan oleh pasien TB:

1. Berhentilah merokok karena disamping rokok mengandung nikotin, asap rokok akan merangsang reflex batuk dan mengiritasi mukosa saluran nafas. Dahak menjadi semakin lengket dan susah dikeluarkan.
2. Minumlah air putih minimal 10 gelas belimbing setiap hari. Jangan minum air dingin atau es karena dapat mengakibatkan penyempitan saluran nafas sehingga dahak susah dikeluarkan. Minum minuman panas seperti teh, jahe atau jeruk panas untuk membantu melegakan tenggorokan.
3. Minumlah obat batuk yang diberikan dokter. Biasanya dokter akan memberikan obat yang dapat mengencerkan dahak.
4. Istirahatlah yang cukup dan minum suplemen/multivitamin. Cobalah minum
5. Bila memungkinkan, lakukan olah raga aerobik, seperti jalan, lari-lari kecil (jogging), bersepeda dan renang. Ini sangat dianjurkan pada pasien TB yang sedang dalam pengobatan untuk mengembalikan fungsi paru seperti sediakala.
6. Mandilah dengan air hangat dan hirup uap panas dari wadah yang berisi air panas/mendidih dapat melonggarkan saluran nafas sehingga dahak mudah dikeluarkan.
7. Keluarkan dahak di tempat yang terbuka. Percikan dahak (droplet nuclei) juga mengandung kuman yang akan terbang bersama udara.ruangan dengan ventilasi yang baik dapat mengurangi konsentrasi kuman. Sinar matahari langsung dapat membunuh kuman TB.
8. Tutuplah mulut pada saat batuk. Gunakan sapu tangan atau masker untuk menghindari penularan pada orang-orang di sekitarnya.

Di BKPM kota Pekalongan, setiap pasien yang akan diperikasa dahaknya, dianjurkan melaksanakan tips tersebut di atas dan terbukti membantu pasien TB mengeluarkan dahak yang purulen.

Semakin cepat kuman TB ditemukan, semakin cepat pasien mendapat pengobatan. Pasien yang telah mendapat pengobatan obat anti tuberculosis (OAT) selama 2 minggu dengan kombinasi dan dosis yang tepat mengakibatkan kuman menjadi dormant (tertidur) sehingga kita bisa mencegah penularan TB terhadap orang-oarang di sekitarnya.

Mari kita bersama berantas TB. Kenali gejala TB dan anjurkan penderita TB berobat di BKPM kota Pekalongan atau puskesmas terdekat. Peran serta masyarakat sangat membantu mengurangi angka insidensi TB di Indonesia karena deteksi dini pasien TB yang paling baik adalah dari masyarakat. Mengobati 1 penderita TB berarti mencegah penularan TB pada 100 orang di sekitarnya.

Harga obat anti TB (OAT) sangat mahal padahal pengobatannya memerlukan waktu yang lama (6-9 bulan) dan penderita TB mayoritas dari kalangan sosial ekonomi rendah. Sebaiknya pasien minta kepada dokter agar dirujuk ke BKPM atau puskesmas terdekat. Hal ini sangat penting untuk menghindari kasus default (putus obat) yang masih sangat tinggi, padahal obat sudah digratiskan oleh pemerintah dan tersedia di BKPM dan puskesmas.

dr. Ahmad Ismail

Efek Samping Pengobatan TB

Pada awal pangobatan di poli TB BKPM kota Pekalongan, pasien biasanya mempunyai banyak keluhan, baik yang berkaitan dengan penyakitnya maupun efek samping dari pengobatan dengan obat anti TB (OAT). Keluhan yang bekaitan dengan penyakit TB antara lain: sesak nafas, batuk darah, batuk berdahak dan batuk darah. Sedangkan efek samping yang sering dikeluhkan pasien TB adalah: pusing, mual, muntah, gatal, nyeri tulang dan sendi, kaki kesemutan, telinga berdengung dan pandangan kabur.

Apabila pasien mengalami keluhan seperti di atas, pada umumnya pasien ketakutan dan segera menghentikan pengobatannya. sebaiknya sebelum memulai pengobatan, pasien diberikan penyuluhan tentang penyakit TB: gejala, penularan, pencegahan, pengobatan dan efek samping pengobatannya. Pasien biasanya datang ke poli TB dengan membawa sisa obat dan mengatakan tentang keluhannya.

Keluhan yang paling sering dirasakan pasien adalah kepala pusing. Hal ini disebabkan oleh tubuh pasien sedang mengadakan proses adaptasi dengan pengobatan OAT. Keluhan ini akan berangsur-angsur hilang. Dokter kemudian memeriksa dan memberikan memberkan obat untuk meredakan pusing.

Apabila pasien mengeluh tidak nafsu makan, mual dan muntah, dokter kemudian akan memberikan rujukan untuk diperiksa darahnya. Apabila kadar SGOT dan SGPT dalam darah normal, dokter akan memberikan obat anti mual dan antasida. Bila kadar SGOT & SGPT melebihi normal, dokter akan memberikan hepatoprotektor. Bila kadar SGOT & SGPT melebihi 3 kali nilai normal disertai gejala mata berwarna kuning, maka dokter akan menghentikan pengobatan TB untuk sementara sampai nilainya mendekati normal.

Keluhan gatal-gatal yang dirasakan pasien oleh alergi terhadap OAT. Pengobatan TB tetap dilanjutkan bila dengan obat anti alergi gatal-gatalnya berkurang. Bila gatal-gatal makin parah, dokter akan memberikan obat dalam dalam kemasan terpisah untuk mengetahui obat mana yang menyebabkan alergi. Pengobatan TB dilanjutkan tanpa menyertakan obat penyebabkan alergi.

Keluhan nyeri tulang dan sendi disebabkan oleh asam urat dalam darah naik karena obat pirazinamid. Dokter kemudian akan memberikan obat pereda nyeri. Bila keluhan keluhan tidak berkurang, dokter akan mengurangi dosis pirazinamid atau bahkan menghentikannya.

Kaki kesemutan dan kulit terasa panas adalah efek samping dari obat INH. Keluhan ini akan berkurang dengan pemberian piridoksin (vitamin B6). Bila perlu diberikan neurotropik (kombinasi B1, B6 dan B12).

Keluhan telinga berdengung jarang dirasakan oleh peasien. Keluhan ini bersifat sementara dan akan berkurang pelan-pelan. Kencing berwarna merah pasti dialami pasien yang sedang dalam pengobatan TB. Hal ini karena warna obat rifampisin, bukan efek samping obat. Pasien tidak perlu merasa kawatir.

Apabila kuman TB telah menginfeksi pita suara, maka pasien akan mengeluh suara serak. Keluhan ini tidak akan segera hilang, namun pada akhir pengobatan biasanya suara serak ini akan berkurang.

dr. Ahmad Ismail

Imunisasi BCG Mencegah Penyakit TB

“Dok, anak saya dulu sudah pernah imunisasi BCG tapi kok sekarang kena penyakit paru-paru?”

Pertanyaan itu sering saya dengar di poli TB BKPM kota Pekalongan. Umumnya orang tua yang mempunyai anak penderita TB heran, mengapa anaknya bisa terkena tuberculosis padahal sudah mendapat imunisasi BCG pada waktu masih bayi. Bahkan mereka jadi bertanya, apa manfaat imunisasi BCG? Kalau ternyata tidak bermanfaat dan tidak bisa melindungi anak dari penyakit TB, mengapa masih dianjurkan, bahkan diwajibkan oleh pemerintah? Baiklah, akan saya jelaskan sedikit yang saya ketahui tentang manfaat imunisasi BCG bagi anak.

Imunisasi BCG termasuk salah satu dari 5 imunisasi yang diwajibkan (hepatitis B, DPT, polio, BCG, dan campak). B berasal dari Bacillus (bakteri), C singkatan dari Calmette dan G singkatan dari Guerin. Calmette dan Guerin adalah 2 ilmuwan perancis yang mengembangkan vaksin BCG untuk melawan penyakit tuberculosis di awal abad 20.
Di Indonesia, imunisasi BCG wajib diberikan karena seperti diketahui, Indonesia termasuk negara endemis TB dan salah satu negara dengan penderita TB urutan ke-3 di dunia setelah India dan Cina. TB disebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis, dan mudah sekali menular melalui droplet, yaitu butiran air di udara yang terbawa keluar saat penderita batuk, berbicara, bernapas ataupun bersin.

Gejala klinis TB pada anak yang umum terjadi adalah demam yang tidak tinggi, berkisar 38 derajad Celcius, biasanya timbul sore hari, 2-3 kali seminggu. Gejala lain adalah penurunan nafsu makan, dan gangguan tumbuh kembang. Gejala batuk pada pasien TB anak tidaklah menonjol karena lesi primer TB paru pada anak umumnya terdapat di daerah parenkim yang tidak mempunyai reseptor batuk. Kalaupun terjadi, berarti limfadenitis regional sudah menekan bronkus dimana terdapat reseptor batuk. Batuk kronik pada anak lebih sering dikarenakan oleh asma. Masa inkubasi TB rata-rata berlangsung antara 8-12 minggu.

Anak yang diduga terkena TB selanjutnya dilakukan foto rontgen dada untuk mengetahui adanya flek paru, tes Martoux untuk mendeteksi peningkatan kadar antibodi, dan tes darah untuk mengetahui ada-tidak gangguan laju endap darah. Bahkan, dokter pun perlu melakukan wawancara untuk mengetahui, apakah si kecil pernah atau tidak, berkontak dengan penderita TB. Imunisasi BCG tidak boleh diberikan pada anak berpenyakit TB atau menunjukkan Mantoux positif.

Jika anak positif terkena TB, dokter akan memberikan obat antibiotik khusus TB yang harus diminum dalam jangka panjang, minimal 6 bulan. Lama pengobatan tak bisa diperpendek karena bakteri TB tergolong sulit mati dan sebagian ada yang “tidur”. Karenanya, mencegah lebih baik daripada mengobati. Selain menhindari anak berkontak dengan penderita TB, juga meningkatkan daya tahan tubuhnya yang salah satunya melalui pemberian imunisasi BCG.

Pertanyaan apakah vaksin ini benar-benar melindungi telah menjadi kontroversi sengit beberapa tahun terakhir. Untuk melihat masalah ini dengan kepala dingin, Indian Academy of Pediatrics menyelenggarakan lokakarya nasional di New Delhi. Lokakarya tersebut untuk menjawab pertanyaan apakah ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa vaksin BCG pasti memberikan perlindungan pada anak dari penyakit tuberculosis, ternyata hanya sedikit sekali bukti yang ditemukan. Namun vaksin BCG dapat mencegah penyebaran TB dan tuberkulosis meningitis pada anak-anak, namun vaksin tidak selalu melindungi terhadap TB paru. Tuberkulosis meningitis menyerang selaput otak anak-anak, sering diikuti gejala kejang yang tiba-tiba. Para ahli sangat merekomendasikan kebijakan saat ini yaitu tetap memberikan vaksin BCG pada setiap anak.

Usia Pemberian Imunisasi BCG. Imunisasi BCG diberikan pada anak usia kurang dari 2 bulan(4). Banyak rumah sakit yang tidak memulangkan ibu dan bayinya, kecuali jika bayinya sudah mendapatkan vaksinasi BCG. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes Mantoux dahulu untuk mengetahui apakah si bayi sudah kemasukan kuman Mycobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tesnya negatif. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang ke rumah, segera setelah lahir si kecil diimunisasikan BCG.

Lokasi Penyuntikan. Bayi akan disuntik pada lengan kanan atas, sesuai anjuran WHO. Meski ada juga petugas medis yang melakukan penyuntikan di paha. Efek Samping yang timbul umumnya tidak ada. Namun pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak. Biasanya akan sembuh sendiri.

Jumlah Pemberian Imunisasi BCG. Pemberian imunisasi BCG cukup 1 kali saja, tak perlu diulang. Sebab vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, sehingga memerlukan pengulangan. Pada kulit yang telah dinjeksi, jangan dibalut atau diberi antiseptik. Biarkan seperti apa adanya.

Tanda keberhasilan. Keberhasilan imunisasi ditandai dengan munculnya bisul kecil di daerah bekas suntikan setelah 4-6 minggu. Tidak menimbulkan nyeri dan tidak diiringi panas. Bisul akan sembuh sendiri dan meninggalkan luka parut.

Jika muncul bisul lebih cepat, dalam 2-3 hari dan menetap sampai 3 minggu, laporkan pada dokter. Anak anda mungkin telah terinfeksi kuman TB.

Jika bisul tak muncul, jangan cemas. Bisa saja dikarenakan cara penyuntikan kurang tepat, mengingat cara penyuntikan perlu keahlian khusus karena vaksin harus masuk ke dalam kulit. Apalagi bila dilakukan di paha, proses menyuntiknya lebih sulit karena lapisan lemak di bawah kulit paha umumnya lebih tebal. Jadi, meski bisul tak muncul, antibodi tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar rendah. Imunisasi BCG pun tak perlu diulang, karena di daerah endemis TB, infeksi alamiah akan selalu ada. Dengan kata lain, anak akan mendapat vaksinasi alamiah. (dr. Ahmad Ismail, BKPM kota Pekalongan)

Sumber:
1. Gupte, Suraj dr. M.D. 2004. Panduan perawatan anak. judul asli Speaking of: Child care Everything you wanted to know. 1st Edition.1983. Jakarta. Pustaka Populer Obor.
2. Anonim, 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2 cetakan pertama, Jakarta; Departemen Kesehatan RI
3. http://www.emedicinehealth.com/tuberculosis/page7_em.htm
4. http://vinadanvani.wordpress.com/2008/03/07/imunisasi-bcg-untuk-mencegah-tb-tuberkulosis/

dr. Ahmad Ismail

Mengapa pengobatan TB perlu wakti 6 bulan?

Seseorang yang batuk lebih dari 2 minggu bisa diduga mengidap TB. Orang ini kemudian harus didiagnosa dan dikonfirmasikan terinfeksi kuman TB atau tidak. Sampai saat ini, diagnosa yang akurat adalah dengan pemeriksaan dahak menggunakan mikroskop, sedang pemeriksaan foto rontgen dada dan pemeriksaan darah rutin hanya sebagai penunjang. Jika hasil pemeriksaan dahak positif, pasien telah diidentifikasi mengidap TB paru BTA positif. Jika hasil pemeriksaan dahak negative, namun didukung oleh foto rontgen dada yang menunjukkan gambaran TB, penderita disebut TB paru BTA negative.

Tujuan pengobatan utuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi terhadap OAT. Dokter akan memberikan obat dengan komposisi dan dosis sesuai dengan kondisi pasien. Adapun obat TB yang biasa digunakan adalah isoniazid, rifampicin, pyrazinamide, streptomycin, dan ethambutol. Untuk menghindari munculnya bakteri TB yang resisten, biasanya diberikan obat yang terdiri dari kombinasi 3-4 macam obat ini. Agar pasien mau teratur minum obat, maka obat dikemas dalam dosis terukur (FDC) sehingga obat yang harus diminum pasien jumlahnya tidak terlalu banyak.

Dengan kontrol rutin setiap minggu, perkembangan kesehatan pasien TB akan dievaluasi oleh dokter atau tenaga kesehatan. Keluhan yang berkurang dan kenaikan berat badan menunjukkan perkembangan yang baik. Pasien TB harus selalu didampingi oleh pendamping meminum obat (PMO) setiap kali minum obat. Ini sangat penting karena ada kecenderungan pasien berhenti minum obat karena gejalanya telah hilang. Setelah minum obat anti TB (OAT) biasanya gejala TB bisa hilang dalam waktu 2-4 minggu.
Walaupun demikian, untuk benar-benar sembuh dari TB diharuskan untuk mengkonsumsi obat minimal selama 6 bulan dengan teratur tanpa terputus. Efek negatif yang muncul jika kita berhenti minum obat adalah munculnya kuman TB yang resisten (kebal) terhadap obat. Jika ini terjadi, dan kuman tersebut menyebar, pengendalian TB akan semakin sulit dilaksanakan.

Selama pengobatan, pasien akan diperiksa dahaknya pada akhir bulan ke-2, 5 dan akhir pengobatan. Jika BTA tetap positif pada bulan ke-5 atau akhir pengobatan, maka disebut pasien gagal. Jika pada bulan ke-2 pengobatan, pasien berhenti minum obat selama 2 bulan atau lebih disebut pasien default (DO). Jika pasien yang telah dinyatakan sembuh atau telah menjalani pengobatan lengkap selama 6-7 bulan, datang kembali dengan keluhan serupa. Setelah dilakukan pemeriksaan dahak hasilnya BTA positif, maka pasien dinyatakan kambuh. Ketiga kelompok pasien tersebut akan mendapatkan pengobatan kategori 2 selama 8-9 bulan dengan suntikan streptomisin setiap hari selama 2 bulan pada fase intensive.

Pasien patut mengetahui nama, jumlah takaran, cara dan waktu minum obat yang akan diterimanya. Bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (efek samping) harus memeriksakan pada petugas kesehatan. Efek samping yang sering ditimbulkan antara lain: gatal-gatal di seluruh permukaan badan, pusing, mual, kencing berwarna merah. Jangan menghentikan pengobatan tanpa persetujuan dokter.

Selain pengobatan yang teratur, pasien TB juga harus mencegah penularan kepada orang-orang di sekitarnya. Yang mudah tertular TB adalah anak-anak, lansia dan orang dengan status gizi yang rendah. Menutup mulut bila batuk dan bersin, dahak dibuang ke wadah tertutup yang diberi air sabun agar tidak membahayakan orang lain.
Penderita TB dianjurkan melaksanakan pola hidup sehat yaitu dengan berolah raga semampunya dan mengkonsumsi makanan yang bergizi, tinggi kalori dan protein. Tidak ada pantangan makan makanan tertentu kecuali jika disertai penyakit lain seperti kencing manis dan kolesterol tinggi.

Imunisasi BCG akan memberikan kekebalan aktif terhadap penyaki TB. Vaksin BCG terbuat dari bakteri M tuberculosis strain Bacillus Calmette-Guerin (BCG). Bakteri ini menyebabkan TB pada sapi, tapi tidak pada manusia. Vaksin ini dikembangkan pada tahun 1950 dari bakteri M tuberculosis yang hidup (live vaccine), karenanya bisa berkembang biak di dalam tubuh dan diharapkan bisa mengindus antibodi seumur hidup. Pemberian imunisasi BCG cukup 1 kali seumur hidup. Di Indonesia, diberikan sebelum bayi berumur dua bulan.

Imunisasi BCG dapat mencegah penyebaran TB dan tuberkulosis meningitis pada anak-anak, namun vaksin tidak selalu melindungi terhadap TB paru. Tingkat efektivitas vaksin ini berkisar antara 70-80%. Karena itu, walaupun telah menerima vaksin, kita masih harus waspada terhadap serangan TB ini

dr. Ahmad Ismail

Apa Gejala TB?

Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala umum dan gejala khusus. Sulitnya mendeteksi dan menegakkan diagnosa TBC adalah disebabkan gambaran secara klinis dari si penderita yang tidak khas, terutama pada kasus-kasus baru.

Gejala umum (Sistemik)
- Batuk 2 minggu atau lebih (dapat disertai dengan darah).
- Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama,
- Keringat dingin pada malam hari.
- Penurunan nafsu makan dan berat badan.
- Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

Gejala khusus (Khas)
- Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
- Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
- Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
- Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Pada penderita usia anak-anak apabila tidak menimbulkan gejala, Maka TB dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TB dewasa. Sekitar 30-50% anak-anak yang terjadi kontak dengan penderita TB paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TB paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.

dr. Ahmad Ismail

Bagaimana TB bisa menular?

Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet nuclei (percikan dahak). Pada sekali batuk dikeluarkan 3000 droplet nuclei.Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran linfe, saluran napas, atau penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya.

Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari paru dan konsentrasi droplet dalam ruangan. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif bukan berarti tidak terdapat kuman TB dalam paru karena BTA positif baru dapat dilihat bila minimal jumlah kuman 5000/ml dahak. Ruangan yang tertutup, tidak ada sinar matahari langsung dan lembab akan mendukung penularan TB.
Gejala TB. Batuk terus menerus dan berdahak selama 2 minggu atau lebih, dahak purulen (kental) bercampur darah, batuk darah, sesak napas dan rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan.

Karena yang menjadi sumber penyebaran TB adalah penderita TB itu sendiri, pengontrolan efektif pasien TB mengurangi jumlah pasien TB. Ada dua cara yang tengah dilakukan untuk mengurangi jumlah penderita TB saat ini, yaitu pengobatan penderita TB dan imunisasi BCG sedini mungkin pada bayi (<2 bulan).

dr. Ahmad Ismail

Sumber:
1. Anonim. 2006. Tuberculosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
2. Anonim, 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2 cetakan pertama, Jakarta; Departemen Kesehatan RI

TUBERKULOSIS Masih Menjadi Penyakit Rakyat

Siapa yang tidak mengenal penyakit tuberculosis? Tuberculosis yang biasa disingkat TB adalah penyakit yang sangat menular, disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini ditemukan oleh Robert Koch yang kemudian disampaikan pada Berlin Phtisiological Society pada tanggal 24 Maret tahun 1882 di Berlin. Pada tanggal tersebut dijadikan sebagai hari TB sedunia.

Kuman ini berbentuk batang (bacillus), bersifat tahan terhadap pewarnaan yang asam sehingga disebut Basil Tahan Asam (BTA). Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak dan lipid yang membuat lebih tahan asam. Dapat bersifat dormant (tidur) selama bertahun-tahun sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia, seperti kulit, tulang, otak, mata, usus, dan organ lain.

TB ternyata sudah ditemukan sejak jaman Mesir kuno. Bahkan Khususnya untuk Indonesia, pada saat Candi Borobudur didirikan (abad VII), rupanya saat itu TB telah menjadi penyakit rakyat, sehingga pemahatnya mengambilnya sebagai contoh orang sakit yang bertemu Pangeran Sidharta Gautama. Orang tersebut kurus dengan bahu tertarik keatas dan tulang-tulang iganya menonjol keluar. Namun penyakit ini masih belum bisa dibasmi di muka bumi.

M. tuberculosis telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, menurut WHO sekitar 8,8 juta penduduk dunia diserang TB dengan kematian 3 juta orang per tahun (WHO, 1993). Diperkirakan 95% penderita TB berada di negara-negara berkembang. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TB terbesar di dunia. Hasil survey kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan pada semua golongan usia dan nomor 1 dari golongan infeksi. Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif dari kelompok sosial ekonomi rendah. Itu yang menjadikan TB sebagai penyakit rakyat miskin. Selain itu masalah lain yang juga semakin pelik, adalah kaitan TB dengan penyakit HIV/AIDS serta munculnya varian TB yang kebal obat, multi-drug resisten (MDR-TB).

WHO merekomendasikan strategi penyembuhan TB jangka pendek dengan pengawasan langsung atau dikenal dengan istilah DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse). DOTS adalah strategi yang paling efektif saat ini untuk menangani pasien TB, dengan tingkat kesembuhan bahkan sampai 95 persen. Dalam strategi ini ada tiga tahapan penting, yaitu mendeteksi pasien, melakukan pengobatan, dan melakukan pengawasan langsung. DOTS diperkenalkan sejak tahun 1991 dan sekitar 10 juta pasien telah menerima perlakuan DOTS ini. Di Indonesia sendiri DOTS diperkenalkan pada tahun 1995 dengan tingkat kesembuhan 87 % pada tahun 2000. Angka ini melebihi target WHO, yaitu 85 %, tapi sangat disayangkan bahwa tingkat deteksi kasus baru di Indonesia masih rendah. Berdasarkan data WHO, untuk tahun 2001, tingkat deteksi hanya 21 %, jauh di bawah target WHO, 70 %. Karena itu, usaha untuk medeteksi kasus baru perlu lebih ditingkatkan lagi. Deteksi atau diagnosa pasien sangat penting karena pasien yang lepas dari deteksi akan menjadi sumber penyebaran TB berikutnya.

(dr. Ahmad Ismail)

Sumber:
1. Danusantoso, Halim Dr. Sp.P., FCCP. 2000. Ilmu penyakit Paru. Jakarta: Hipokrates.
2. Anonim. 2006. Tuberculosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
3. Anonim, 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Edisi 2 cetakan pertama, Jakarta; Departemen Kesehatan RI
4. Helmia, Manase Lulu U.E. 2004. Tuberkulosis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: FK Unair.
5. http://www.emedicinehealth.com/tuberculosis/article_em.htm