Pelayanan di BKPM Pekalongan

Poli Baru : melayani pasien baru
Poli Non TB : melayani pasien Non TB
Poli Suspek TB : melayani pasien disangka TB
Poli TB : melayani pasien yang sudah didiagnosa TB
Unit Gawat Paru (UGP)
Ruang Obat
Loket pendaftaran, dengan sistem komputerisasi
Rekam Medik
Kasir
Pemeriksaan penunjang:
1. Laboratorium - Mikrobiologi: pemeriksaan sputum BTA
- Darah Rutin
- Kimia darah
2. Radiologi, pemeriksaan foto rontgen dada
3. Spirometri, mengukur faal paru
4. ECG, mengetahui rekam listrik pada jantung

Fasilitas: Aula, Parkir, Toilet, Musholla, Kantin

Kamis, 04 Maret 2010

Sindroma Obstrusi Pasca TB (SOPT)

“Dok, saya telah menyelesaikan pengobatan paru-paru selama 6 bulan, tapi kok nafas saya masih kempis-kempis dan masih batuk. Tolong saya diberi obat biar nafas saya plong”

Pertanyaan semacam itu sering saya dengar di ruang poli non-TB BKPM kota Pekalongan. Banyak pasien yang telah menyelesaikan pengobatan TB selama 6 bulan bahkan ada yang lebih, namun kembali dengan keluhan yang mirip dengan gejala TB, yaitu: sesak nafas, batuk berdahak dan batuk darah. Mereka mengira penyakit TB yang dulu sudah dinyatakan sembuh oleh dokter, sekarang kambuh.

Dokter kemudian merekomendasikan pasien untuk diperiksa dahak dan difoto rontgen dada. Hasil pemeriksaan dahak negative, artinya tidak ditemukan kuman dalam sampel dahak yang diperiksa. Hasil foto rontgen dada menunjukkan bekas TB. Dokter menyimpulkan bahwa pasien menderita sindroma obstruksi pasca tuberculosis (SOPT). Namun pasien tetap minta untuk diobati seperti dulu, yakni pengobatan TB selama 6 bulan.

SOPT disebabkan oleh bekas dari luka akibat infeksi TB paru. Jadi, semakin luas jaringan paru yang rusak akibat infeksi kuman TB, semakin luas bekas luka ang ditimbulkan. Gampangnya, jika pasien datang dengan TB paru yang parah (destroyed lung) maka kemungkinan setelah sembuh akan meninggalkan bekas yang luas sehingga keluahan yang dirasakan juga semakin berat.

Setiap kali kita mengadakan penyuluhan terhadap pasien TB paru khususnya BTA +, dokter selalu menyarankan agar seluruh orang yang tinggal serumah dengan penderita TB untuk diperiksa. Penderita TB dengan gambaran rontgen dada yang minimal biasanya tidak menunjukkan gejala yang berarti, seperti batuk biasa. Dengan pengobatan TB pada stadium awal diharapkan setelah selesai pengobatan, pasien tidak menderita SOPT.
Dari seluruh pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatannya, 16-50% akan menderita SOPT mulai dari derajad ringan sampai berat. Mengingat insidensi SOPT yang tinggi, maka pada pasien TB yang masih dalam pengobatan, dokter selalu menganjurkan agar rajin berolahraga untuk mengembalikan fungsi paru. Olahraga yang dianjurkan adalah: jalan kaki, lari-lari kecil (jogging), bersepeda atau renang. Bagi pasien dengan keluhan nyeri sendi, dianjurkan untuk bersepeda atau renang.

Tidak seperti TB yang masih aktif, SOPT tidak menularkan pada orang-orang di sekitarnya. Namun sayangnya SOPT tidak dapat disembuhkan. Gejalanya hanya dapat diminimalisasi dengan olahraga secara teratur.

dr. Ahmad Ismail

1 komentar:

  1. Saya kumala...saya mantan penderita tbc...stelah sembuh dr tbc saya sering merasakan sesak napas dan nyeri punggung...tp setelah saya priksakan kata dokter paru saya bronkhitis...saya browsing artikel2 tentang bagaimana kondisi seseorang pasca tb apa ada yang seperti saya atau tidak....ternyata banyak...bahkan ada yang masih batuk...setelah baca artikel ini saya jd tahu kalay trnyata saya menderita SPOT (Sindroma Obstrusi Pasca TB) ...memang benar yang ditulis di artikel ini...gejala SPOT bisa berkurang atau tidak muncul jika kita rajin berolah raga di pagi hari kalau bisa sebelum matahari terbit...menurut pengalaman saya kalau berolahraganya klewat matahari terbit sesak napas masih bisa menyerang pd hari itu...akan tetapi jika saya lari2 sebelum mtahari terbit dalam sehari itu nafas saya enak sama sekali tidak kambuh...tp olah raganya harus tiap hari dan dipagi hari...itu pengalaman saya

    BalasHapus