Pelayanan di BKPM Pekalongan

Poli Baru : melayani pasien baru
Poli Non TB : melayani pasien Non TB
Poli Suspek TB : melayani pasien disangka TB
Poli TB : melayani pasien yang sudah didiagnosa TB
Unit Gawat Paru (UGP)
Ruang Obat
Loket pendaftaran, dengan sistem komputerisasi
Rekam Medik
Kasir
Pemeriksaan penunjang:
1. Laboratorium - Mikrobiologi: pemeriksaan sputum BTA
- Darah Rutin
- Kimia darah
2. Radiologi, pemeriksaan foto rontgen dada
3. Spirometri, mengukur faal paru
4. ECG, mengetahui rekam listrik pada jantung

Fasilitas: Aula, Parkir, Toilet, Musholla, Kantin

Sabtu, 06 Maret 2010

penelitian2. PERBEDAAN KADAR SGOT–SGPT SEBELUM DAN SESUDAH PENGOBATAN DENGAN OAT PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF DI POLI TB BKPM PEKALONGAN

INTISARI

Oleh: dr. Ahmad Ismail

PENDAHULUAN

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Terapi TB paru menggunakan kombinasi obat anti tuberkulosis, yaitu isoniazid (INH), rifampisin, Pyrazinamid, ethambutol, dan streptomisin. Obat–obatan ini apabila dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang dikawatirkan dapat menimbulkan efek samping pada hati, karena OAT bersifat hepatotoksik. Melalui cara Metabolite Related-Hepatotoxicity, terjadi kerusakan hati nekrosis bagian sentral, menyebabkan penurunan kapasitas pembentukan ATP sehingga sel–sel hepatosit mengeluarkan enzim–enzim transaminase. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan antar kadar SGOT–SGPT sebelum dan sesudah pengobatan dengan obat anti tuberkulosis pada pasien tuberkulosis BTA positif di Balai Kesehatan Paru Masyarakat kota Pekalongan.

Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang diambil adalah penderita Tuberkulosis Paru dengan BTA positif yang menjalani rawat jalan di BKPM kota Pekalongan. Total sampel yang diambil sebanyak 30 pasien. Data kemudian diolah dan dianalisis menggunakan uji T.

Dari hasil pengolahan data menggunakan uji paired T-test: kadar SGOT diperoleh nilai T +0.458, sedangkan nilai T dalam table diperoleh ±2,0452. Nilai dari test berada pada daerah H0 yang diterima sehingga diperoleh bahwa H0 diterima dan Ha ditolak. Dari hasil test diperoleh nilai probabilitas yaitu 0,650 artinya >0,05 sehingga H0 diterima

Sedangkan hasil pengolahan data menggunakan uji paired T-test: kadar SGPT diperoleh nilai T -0.160, sedangkan nilai T dalam table diperoleh ±2,0452. Nilai dari test berada pada daerah H0 yang diterima sehingga diperoleh bahwa H0 diterima dan Ha ditolak. Dari hasil test diperoleh nilai probabilitas yaitu 0,874 artinya >0,05 sehingga H0 diterima.

Dari nilai T dan probabilitas dapat diambil keputusan bahwa tidak ada perbedaan antara kadar SGOT-SGPT seselum dan sesudah pengobatan dengan obat anti tuberculosis pada pasien tuberculosis BTA positif.

Kesimpulan dari penelitian adalah tidak ada perbedaan antara kadar SGOT-SGPT seselum dan sesudah pengobatan dengan obat anti tuberculosis pada pasien tuberculosis BTA positif di BKPM kota Pekalongan Mei–Desember 2009.
Penelitian ini menunjukkan bahwa obat anti tuberkulosis (OAT) aman diminum oleh pasien TB paru BTA positif. Kekawatiran tentang efek hepatotoksik dari obat ini tidak didukung oleh penelitian ini..

Kata kunci: kadar SGOT-SGPT, pengobatan Tuberkulosis paru, OAT (obat anti Tuberculosis) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar